Tuesday, November 17, 2009

Urgensi Tadzakkur dan Tafakkur

Tadzakkur artinya mengambil pelajaran dan tafakkur berarti memikirkan atau mengamati. Segala sesuatu yang telah kita lakukan akan selalu meninggalkan kesan, akibat dan rasa yang muncul, hadir dan melekat dalam jiwa diri manusia. Hal itu semua menjadikan akal untuk berpikir dalam mengambil semua tindakan yang telah dilakukan. Maka ambilah pelajaran dari akhir perbuatan.

Keinginan hati yang terus-menerus hadir untuk melakukan sesuatu akan senantiasa berkecamuk di dada. Maka, jiwa manusia memiliki dua pilihan yang akan menentukan sikap tindakan yang akan dilakukan. Pertama, jiwa cenderung untuk melakukan kebaikan dan yang kedua menuruti keburukan. Sehingga tugas manusia adalah untuk menyerukan yang baik dan mencegah yang mun’kar.

Kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah Swt sungguh tiada tertandingi dan Maha Kreator-Nya yang senantiasa tidak kehilangan ide untuk menciptakan makhluk-Nya. Dengan adanya indera yang dimiliki manusia, maka segala yang bisa diindera tentu bisa dirasakan. Hal ini akan memacu pengamatan dan memikirkan kondisi internal dan eksternal. Fungsi akal sangat berpengaruh dalam usaha memikirkan dan mengamati karunia, fenomena dan kalam Allah Swt untuk implementasi ibadah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa ada manfaat usaha mencari buah pikiran dari Tadzakur yaitu: tidak mengumbar harapan, menyimak Al-Qur’an, dan meninggalkan lima perkara yang merusak hati. Lima perkara yang merusak hati yaitu:

  1. tidak banyak bergaul
  2. tidak mengumbar angan-angan
  3. tidak bergantung kepada selain Allah
  4. mengurangi makan
  5. sedikit tidur

Kebutuhan rohani dan jasmani harus seimbang, supaya kenikmatan yang dirasakan akan kecintaan Allah Swt dapat senantiasa terjaga kualitasnya. Manusia kadang lalai dan mengikuti hawa nafsu saja. Padahal jiwa saat hati hanya mengikuti keinginan yang tidak baik akan terjerumus pada kesesatan. Walaupun kecenderuangan keninginan itu pada hakikatnya kepada kefasikan, sehingga memutuskan perkara sebelum melakukan sesuatu harus kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dua perkara inilah yang akan membimbing manusia dalam proses tadzakkur dan tafakkur.

Wallahu a’lam bi shawab

No comments:

Post a Comment