Tuesday, November 17, 2009

Meraih Kemenangan

Ada satu ayat yang saya yakin sudah sering dan berulang kali kita mendengarnya atau bahkan mungkin banyak yang sudah menghafalnya, ayat itu berbunyi :

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَي وَدِيْنِ الْحَقِّ ِليُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ

"Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama"


Uniknya, kalau kita mau mencermati ternyata ayat ini di dalam al quran disebut sebanyak 3 kali pada surah yang berbeda. Saya ingin mengajak kita semua melihat pesan yang tersembunyi di balik penempatan ayat tersebut pada 3 suroh yang berbeda, semoga ada manfaatnya….

1. Ayat هو الذي ini terdapat dalam surah at Tawbah ; 33. Tawbat berasal dari kata Taaba - yatuubu - tawbatan yang berarti Kembali. Jadi, Pengertian pertama adalah, jika kita ingin menjadi Ummat yang unggul yang kelak akan meraih kemenangan maka syarat pertama yang harus kita lakukan “Tawbat” dalam arti kembali kepada Allah, kembali kepada Al Quran dan As Sunnah.

Saudaraku, Kalau ada pertanyaan kenapa kita sebagai ummat begitu tertinggal jauh dalam banyak hal, maka salah satu jawabannya adalah karena kita meninggalkan keislaman kita, kita seringkali melupakan pedoman utama kita yakni al quraan dan sunnah. Coba saja kita tengok kehidupan kita dewasa kini, kita pasti akan merasa prihatin, kenapa, rupanya apa yang disabdakan Nabi 14 abad yang silam saat ini telah terbukti dan menjadi kenyataan, Nabi bersabda :

يُوْشِكُ اَنْ يَأْ تِيَ عَلَي النَاسِ زَمَانٌ َلا يَبْقَي مِنَ ْالِاسْلَامِ اِلَّا اسْمُهُ
وَلاَ يَبْقَي مِنَ الْقُرْاَنِ ِاَّلا رَسْمُهُ

“ Hampir saja datang satu masa menimpa ummat manusia, dimana pada masa itu Islam hanya tinggal namanya saja, al quran hanya tinggal tulisannya belaka…“

Islam tinggal slogannya saja, Islam tersisa merknya saja, namanya sih berbau Islam tapi kelakuannya jauh dari nilai nilai Islam. Namanya sih ~ mohon maaf ~ Rumah Sakit Islam, tapi pelayanannya,,,???. Katanya sih Indonesia mayoritas Islam, namun kehidupan bermasyarakatnya, kehidupan berbangsa dan bernegaranya, jauh dari yang semestinya diharapkan. Cara hidup kita lebih banyak meniru Amerika, cara mengelola kehidupan politik kita sering kali menggunakan cara cara sesat, yang atas dijilat, yang mengahalangi disikat, yang haram dibabat, yang kaya semakin kuat, yang miskin tambah melarat, suliit membedakan mana pejabat mana penjahat, kriminalitas semakin meningkat, anak SD-nya sudah kecanduan Obat, generasi mudanya ketagihan madat, para elit politiknya saling menghujat, dampaknya, Rupiah tambah sekarat, karyawan banyak yang dipecat, harga harga terus mencuat, singkatnya kehidupan serasa kiyamat... Selanjutnya kata Nabi, akan datang satu masa menimpa manusia dimana pada masa itu al quran cuma tinggal tulisannya saja, al quran hanya tinggal bentuknya saja. Coba kita lihat, Mau Nikah mas kawinnya Quran, tapi kehidupan rumah tangganya jauh dari nilai nilai al quran, alquran tidak pernah dibaca apalagi sampai diamalkan, Disisi lain, (mohon maaf) yang menginjak injak al quran hidup terhormat, sementara yang menghidupkan al quran malah ditangkap. Orang tua lebih bangga ketika anaknya menjadi siswa teladan dan mendapatkan penghargaan dibidang matematika, fisika dan kimia, sementara kita sering menutup mata, ketika anak anak kita di TPA selesai wisuda. Apa jadinya bangsa kita kedepan, 10 – 20 tahun yang akan datang, kalau al qur’an mulai ditinggalkan.

2. Ayat هو الذي terdapat pada surat Ash shof : 9, apa hikmah yang bisa kita ambil, saudaraku, as shof berarti barisan, jadi syarat kedua meraih kemenangan adalah dengan meluruskan Shof, merapatkan barisan, menjalin persatuan dan kesatuan, sebagai Ummat kita meyaksikan pertikaian dimana mana, mulai dari skala yang paling kecil sampai pada tingkat yang paling tinggi, dikota maupun didesa, perpecahan mulai merebak, Ummat Islam terkotak kotak. Saudaraku sekalian, sejarah dengan penuh arif dan bijak telah memberikan pelajaran bahwa perpecahan dan pertikaian yang sering terjadi itu banyak disebabkan oleh beberapa faktor : Pertama, ~meminjam istilah Rosul~ kita sudah terjangkit satu penyakit yang bernama Hubbud dun-yaa ( cinta dunia yang berlebihan ). sebenarnya, kalau orientasi kita sama, motifasi dan tujuan kita satu, yakni ingin memberikan yang terbaik buat bangsa ini, ingin mengantarkan seluruh rakyat menuju masyarakat yang adil dan makmur, maka menurut hemat saya, dengan Missi dan Visi yang sama itu seharusnya kita akan lebih mudah bersatu, karena toh tujuan kita juga satu. Yang terjadi sekarang adalah orientasi dan motifasi kita sudah diwarnai oleh kepentingan kepentingan pribadi dan kelompok, diwarnai oleh nafsu serakah duniawi serta ambisi.. Orientasi kita setelah duduk disatu jabatan apa,,?, gambarannya kurang lebih begini : “ dulu... untuk biaya agar dapat jabatan tinggi saya keuarkan uang 300 jeti. sekarang, setelah jabatan itu saya miliki, modal saya pun harus kembali, saya harus bisa punya mersi, sekalipun saya harus korupsi, saya harus punya sekretaris seksi, makanan saya harus bergizi, kemana mana pake dasi, tidak peduli bawahan cuma makan nasi basi, yang penting saya bisa happy... hiyy “. “ Dulu... saya jual sawah, maka setelah jadi lurah, saya harus punya rumah mewah, uang melimpah ruah, wah,,, wah,,, wah... enggak peduli masyarakat susah, pantas saja kalau rakyat marah, mengumbar sumpah serapah, akhirnya mereka mulai menjarah, enggak peduli rakyat makan dari tong sampah, yang penting saya bisa tidur di villa megah, aaaahhh,,,”. Inilah yang menyebabkan kondisi bangsa porak poranda, ini yang menyebabkan kita sebagai bangsa terpecah belah, karena cinta kita kepada dunia telah membutakan segalanya. Kedua, penyebab terjadinya perpecahan saat ini adalah, karena kita belum terbiasa dengan perbedaan, kita sudah terlanjur dibius oleh keseragaman. Pokoknya, yang kaosnya lain,, musuh !!, sekalipun dia se-agama, yang organisasi beda,, sikaat !, sekalipun dia saudara kita. Padahal keragaman itu adalah satu hal yang niscaya yang tidak mungkin kita hindari, persoalannya adalah bukan keharusan untuk hidup dalam keseragaman, tapi bagaimana kita bisa berjalan pada jalurnya masing masing, berperan dalam pos dan posisinya sendiri sendiri untuk menuju pada satu tujuan yang sama, ada striker, ada gelandang, ada bek, ada kiper, dll. Tapi tujuan tetap satu yaitu menjaringkan bola ke gawang lawan.

3. yang terakhir, Ayat هو الذي tercantum dalam surah Al Fath : 28. Al Fath artinya kemenangan. Nah dengan 2 modal diatas, ya’ni dengan kembalinya kita kepada al Quran dan As Sunnah, dengan semangat kebersamaan dan Ukhuwwah, maka disitulah kita akan bisa meraih kemenangan. Kesuksesan bersama yang kita raih bersama sama, bukan kesuksesan pribadi yang kita peroleh karena nafsu serakah serta ambisi.

Walloohu a’lam bis showaab....

No comments:

Post a Comment