Berawal dari cara pandang dalam beragama yang senantiasa monoton pada kaidah "kebenaran hanya satu sedang kesesatan jumlahnya banyak" kaidah ini berasal dari pemahaman salafi terhadap hadits Rosulullah SAW, Rosulullah Bersabda "inilah jalan Allah Yang lurus" lalu beliau SAW membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri kemudian beliau bersabda "inilah jalan yang begitu banyak yang bercerai berai, atas setiap jalan itu terdapat syetan yang mengajak ke arahnya" kemudian Nabi membaca Ayat "dan (Katakanlah) sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan jalan itu akan mencerai beraikanmu dari jalan'Nya, yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa (QS: Al an'am : 153) (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim)
Kita heran kepada kaum yang menamakan dirinya salafi yang lalu serta merta memproklamirkan bahwa golongannya saja yang dimaksud hadits Rosul SAW itu sehingga selalu melihat sebelah mata terhadap ummat muslim lainnya yang berseberangan faham dengan mereka walaupun sejatinya muslim yang lain juga pengikut jelas dari 4 madzhab yang mu'tamad yang para Imamnya tidak pernah mengatakan dirinya paling benar, karena kebenaran hanya milik Allah dan Rosulnya, maka Imam Abu Hanifah rahimahullah mengatakan: "tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu darimana kami mengambil sumbernya". Imam Syafi'i RA berkata: "bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits Rosulullah SAW maka peganglah hadits Rosulullah SAW itu dan tinggalkan pendapatku". Imam Ahmad Bin Hambal berkata: "janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Auza'i dan Imam Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.
Begitulah sikap para Imam Madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan saja, dan para Imam madzhab itulah salafus soleh yang benar.
Sungguh Allah telah mengajari kepada kita bahwa diatas kebaikan itu ada kebaikan lagi, agar supaya kita tidak mendahului kebenaran'Nya yang hanya dengan prasangka semata, bagaimana sikap para malaikat yang akhirnya menerima penciptaan kholifah (adam: pent) di muka bumi walau sebelumnya mereka berprasangka bahwa merekalah hamba terbaik ciptaan Allah: "ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi, mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kau ketahui" ( al baqoroh: 30).
Di dalam ayat itu jelas bahwa malaikat mengingkari adanya kebaikan yang akan diperbuat oleh manusia, penilaian ini lahir karena sikap merasa paling sempurna dalam penghambaannya kepada Allah, nah sikap merasa paling sempurna/benar akan menutup semua pintu penilaian baik terhadap orang/golongan lain yang pada gilirannya akan mengklaim dengan prasangka bahwa selain golongan mereka adalah salah dan sesat.
Dari sini kita belajar bahwa sikap merasa paling benar akan membawa kita pada keadaan yang sebaliknya, dan ini sikap salafi yang dengan sendirinya menyeret mereka pada keadaan yang justru menelanjangi karakter kekerdilannya dalam berfikir, bersikap dan beragama. Wallahu a'lam bishowab.
Tuesday, November 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment