Tuesday, November 17, 2009

Menggapai Surga (Part IV)

بسم الله الرحمن الرحيم

Kemenangan, keberuntungan dan kejayaan merupakan dambaan setiap insan, dengannya manusia akan mencapai martabat yang penuh kemuliayaan, tiada satupun dari kita yang tidak menghendakinya, dan sebaik baik kemenangan itu adalah istiqomah dalam menjalankan shalat berjama'ah, karna dengan shalat manusia dapat merubah kejelekan tabi'at, dengan shalat manusia dapat jalani ujian demi ujian tanpa mudhorot, dengan shalat manusia mampu berbagi ni'mat pada sahabat dan kerabat, sebagaimana firman Allah di dalam surat al ma'aarij ayat 19 - 23 :
ان الانسن خلق هلوعا . اذا مسه الشر جزوعا. واذا مسه الخير منوعا. الا المصلين. الذين هم علي صلاتهم دائمون
"sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya"

Saudaraku... tidaklah orang yang suka berkeluh kesah terhadap taqdir ketetapan Allah kecuali karna hilangnya adab kepada Sang Kholiq, dan tidaklah orang akan kikir terhadapan kebaikan (ilmu, rizqi harta dan kejembaran) kecuali orang yang telah menanggalkan adab dan akhlaq, lantas darimana hilangnya nilai nilai moral itu? jawabnya ada pada shalat kita yang tidak bermutu.

Saudaraku... betapa adab selalu menjadi fokus utama para pengkaji agama, para imam dan muhadditsin tidaklah pernah mendambakan ilmu yang bertambah dengan hilangnya adab dan tata krama.

Berkata Al imam Al haafidz Al mujaahid Al qudwah Syaikhul Islam Abu Abdurrohman Abdullah Bin Mubarok yang terkenal dengan sebutan Ibnul Arabi :
"kami lebih berhajat pada adab budi pekerti walau sedikit dan kecil volumenya dibanding ilmu yang banyak tanpa arti"
Alangkah bijaknya sikap para salafus sholeh yang senantiasa menjunjung tinggi nilai nilai moral budi pekerti.
Dan beliau, semoga Allah meridhoinya berkata lagi: "Barang siapa yang meremehkan adab maka akan di haramkan (dijauhkan: pent) dari mengerjakan amalan amalan sunnah, dan barang siapa yang menyepelekan sunnah maka akan diharamkan dari mengerjakan amalan amalan wajib, dan sesiapa yang memandang rendah perkara wajib dalam ibadah maka dia akan diharamkan dari ilmu ma'rifat"

Saudaraku... kebaikan apa lagi yang dapat diperoleh seorang hamba yang telah dijauhkan dari ilmu ma'rifat (mengenal Allah)? Kebajikan model apa yang akan terlahir dari butanya hamba pada sifat dan asmaNya di dalam haqiqat? Sungguh saya katakan: "tidaklah seseorang akan dapat meniti hidup dalam tatanan syari'at apabila telah menyepelekan haqiqat, dan tidak akan sampai pada haqiqat tanpa melalui toriqoh (jalan) ma'rifat, dan kesemua itu tidak akan dicapai seseorang yang telah menyepelekan kewajiban dan kesunahan dalam beribadat, dan sebab terbesarnya diawali dari hilangnya adab dalam harkat dan martabat.

Imam syafi'i rahimahullah berkata: berkata Imam Malik rahimahullah: "ya muhammad! (sebutan untuk umumnya orang di jazirah arab: pent) jadikan Ilmu anda sebagai garam dan adabmu sebagai tepungnya"

Berkata Abdurrohman Bin qosim (beliau adalah ulama besar dari mesir yang pernah mengabdikan diri pada Imam Malik): "saya menjadi pelayan bagi Imam Malik selama 20 tahun, dan dalam 20 tahun itu hanya 2 tahun saja mendapatkan pendidikan ilmiah darinya, sisanya yang 18 tahun beliau ajari saya tentang adab tatakrama, alangkah baiknya jika aku jadikan semua waktuku bersamanya adalah untuk mengkaji adab"

Itulah sifat dan sikap salafus sholeh dalam meraih kemenangan, dan shalat merupakan tumpuan mereka dalam sebab memperoleh keberuntungan, kepada mereka kita mencontoh adab berprilaku, kepada Rosulullah kita mengukur kebenaran dengan hadits yang baku, kepada Allah kita berharap kebaikan dalam bertingkah laku.

No comments:

Post a Comment