Tuesday, November 17, 2009

Menggapai Surga (Part VI)

بسم الله الرحمن الرحيم

Demi Dzat yang telah menitipkan ilmu ssebagai amanah, tidaklah kita mengkaji suatu hikmah dari sekian banyak mutiara hidup yang penuh fata morgana kecuali sebagai perisai dan tanggung jawab dalam menjalankan ibadah, tidak ada maksud dan tujuan selain dari mencari ridho Tuhan, bukan sebagai perbendaharaan otak dari kealpaan, bukan sebagai penghias kata tanpa amalan, bukan untuk kita pandai bercerita tanpa fakta, bukan pemanis retorika tanpa aplikasi nyata.

Sudaraku semua yang kumuliakan, ketahuilah bahwa tidak akan berobah dari zaman ke zaman kecuali semakin sedikit ulama pewaris misi kenabian, dan bergeraknya zaman dari peraduan selalu goreskan sejarah tentang peradaban umat yang semakin lari dari petunjuk quran dan sunnah Nabi akhir zaman.

Dalam sabdanya Rosulullah menjelaskan, dari riwayat Malik Bin Anas:
ما من عام الا والذي بعده شر منه حتي تلقو ربكم (الترمذي : ٢٢٠٦و البخاري: ٧٠٦٨)
"Tidaklah datang suatu masa kecuali lebih buruk (keadaannya) dibanding masa sebelumnya, sehingga kalian menjumpai Tuhanmu (ajal)"

Berkata Al haafidz Ibnu Hajar Al astqalani di dalam kitab fathul bari: bahwa telah berkata Ibnu Bathal: hadits ini adalah khabar kenabian, yang datang dari Nabi SAW dalam memberitakan terjadinya kerusakan keadaan suatu kaum, dan berita ini adalah perkara ghaib yang tidak didapat dari akal dan pendapat melainkan wahyu dari Allah SWT, maka jelas sudah ketetapan ini adanya, menyibak perubahan dari generasi ke generasi yang semakin jauh dalam keterpurukan.

Adalah qurunnya Rosulullah yang merupakan qurun terbaik dalam sejarah peradaban dunia sesuai sabdanya:
خير القرون قرني
"sebaik baik qurun adalah qurunku"

Aduhai malangnya diri ini jika merasa aman dari murka Tuhan yang disebabkan oleh nafsu yang diperbudak zaman, siapakah kita dibanding para sahabat yang ada dalam qurun kenabian? Tapi akhlaq mereka selalu memberikan tauladan untuk kita selalu bersujud akui kesalahan penuh kerendahan, dan tidak ada sahabat yang merasa aman dari adzab-Nya yang menyakitkan.

Saudaraku... masihkah kita harus bangga dengan apa yang telah kita dapat dari kesuksesan hidup dunia yang sifatnya nisbi? Ataukah puas dengan sederet titel dan pangkat ditengah umat dalam berlomba mencapai kebahagiaan yang tidak haqiqi? Berpacu dan berburu keuntungan pribadi yang tak jarang menggilas hak muslim lainnya karena ada unsur hasud dan dengki?

Saudaraku... mari kita simak nasehat hikmah yang keluar dari lisannya ulama penuh berkah, dia adalah Abu Ubaidah yang hidup setelah qurun shahabah:
"sesungguhnya dunia itu bergerak meninggalkan kita, sedang akhirat bergerak sebagai masa depan kita, dan masing masing dari keduanya memiliki pecinta, maka jadilah anda pecinta akhirat dan jangan menjadi pecinta dunia, sungguh masa sekarang (dunia)adalah waktu untuk beramal tanpa balasan dan esok (akhirat) adalah waktu balasan tanpa amal"

Saudaraku... bukankah kecenderungan manusia selalu melihat perkara yang instan? Dan perkara instan tentu sifatnya sementara, maka bila hamba bersifat dengan sifat dunia maka dia telah mencintainya, Rosulullah bersabda:
ألا ان الدنيا ملعونة ملعون ما فيها الا ذكر الله وما والاه وعالم او متعلم (الترمذي: ٢٣٢٢)ا
"sungguh dunia itu di benci oleh Allah dan apa apa yang ada di dalamnya kecuali dzikrullah dan perkara kebajikan serta taqarrub kepada-Nya, dan orang yang berilmu dan yang mempelajari ilmu"

Saudaraku... mari kita cermati hadits di atas, bahwa pengertian dilaknat dan dibenci adalah karena dunia serta perhiasannya selalu membawa manusia pada kecenderungan mencintainya, yang pada gilirannya sang pecinta akan melupakan Dzat yang menciptakannya, sehingga orang orang yang berpaling dari kecintaan dunia dialah hamba yang akan menggunakan waktunya demi berbekal untuk kampung akhirat dengan penuh kenikmatan bukan menyia nyiakannya dengan perkara yang tidak bermanfa'at atau bahkan perkara yang menjauhkannya dari Allah SWT, dan semua ini hanya terlahir dari orang yang berilmu atau mempelajari ilmu.

Saudaraku... apa yang masih kita tunggu? Mari bergegas untuk selalu perbaiki tingkah laku, bukankah kita merindukan kampung kenikmatan yang telah menunggu, apakah kita belum bisa melawan sifat arogan yang selalu berkata "aku adalah aku"? yakinilah bahwa usia akan berkesudahan dan semua itu akan dimintai pertanggung jawaban, sebagai neraca keadilan Tuhan untuk putuskan siapa yang akan menerima adzab-Nya atu beroleh kenikmatan...

No comments:

Post a Comment