Tuesday, November 17, 2009

Memaknai Kemudahan Dalam Al Quran Yang Disalah Arti

(TAFSIR TEMATIK AYAT-AYAT TENTANG KEMUDAHAN DALAM AL QURAN)

PENDAHULUAN

Ayat tentang kemudahan Al Quran sebagai pelajaran merupakan ayat yang cukup banyak intensitasnya digunakan sebagai dalil dalam ceramah atau khutbah oleh sebagian da’i dan mubaligh. Sebagian da’i menyatakan bahwa ayat kemudahan tersebut merupakan dalil tentang mudahnya mengamalkan syariat Islam. Beberapa keterangan lain menyebutkan bahwa kitabullah memiliki frekuensi yang sama dengan struktur kejiwaan manusia sehingga Al Quran mudah diterima sebagai pelajaran. Permasalahannya bukan benar atau salah penafsiran tersebut, namun beberapa pemaparan tersebut hanya merupakan materi ahistoris dan kurang mengakar terhadap Al Quran itu sendiri serta terkesan telah disimplifikasi.

Dalam Al Quran, Allah telah menjelaskan dalam banyak ayat bahwa Al Quran merupakan kitab yang memiliki kemudahan untuk dipelajari. Beberapa contoh ayatnya adalah sebagai berikut :

Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Qs. Al Qamar, 54 :17)

Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Qs. Al Qamar, 54 :22)

Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Qs. Al Qamar, 54 :32)

Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Qs. Al Qamar, 54 :40)

PERTAMA, BAGAIMANA KEBIJAKAN-NYA ?

Al Quran merupakan kitab yang diberikan oleh pemilik kebijakan dan pengetahuan.1 Maka kebijakan dan pengetahuan yang ada dalam Al Quran perlu dirunut kembali. Allah menurunkan wahyu dengan bahasa yang bisa dipahami oleh Rasul dan kaum-Nya sebagimana disebutkan dalam Al Quran Surat Ibrahim ayat 4 sebagi berikut :

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Ibrahim, 14 : 4 ).

Penggunaan bahasa yang dipahami oleh Rasul dan kaumnya tersebut merupakan sebuah bentuk kemudahan yang diberikan oleh Allah. Dengan demikian Allah menurunkan Al Quran dengan memberikan kemudahan, yaitu menggunakan Bahasa Arab. Hal ini Allah ditunjukkan sebagai berikut :

Maka Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.(Qs. Maryam, 19 : 97)

Sesungguhnya kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.(Qs. Ad Dukhan, 44 : 58)

Arti kata mudah tersebut harus dipahami agar tidak terjadi penafsiran yang sembarangan yang mengarah kepada pemahaman yang salah.

Arti mudah tersebut menurut Al Quran ada 2, yaitu :

  1. Arti mudah karena diberi bayan (keterangan).

Sebagai contoh dalam Surat Al Baqarah ayat 183 -185, berikut :

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.

185. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Dalam ayat tersebut Allah menghendaki kemudahan dan bukan kesulitan. Dengan demikian apabila setiap petunjuk diberi bayinah akan menyebabkan orang yang menerima petunjuk (hudan) menjadi furqanan (bisa membedakan antara yang baik dan buruk, salah dan benar, dan lain-lain).

2. Arti mudah karena memiliki sistematika.

Jika setiap hudan (petunjuk) diberi bayan (penjelasan atau keterangan) maka akan menjadi mudah karena papaun yang diberi keterangan pasti akan mudah.

Dengan demikian arti kata mudah dalam Al quran menunjukkan adanya bayan dan sistematika. Disinilah kebijaksanaan Allah dalam memberikan kemudahan.

KEDUA, BAGAIMANA ILMIAHNYA ?

Selain memiliki sistematika, sebagai bukti keilmiahannya Al Quran memiliki methodology. Hal ini dapat dilihat dalam Al quran sebagai berikut :

  1. Allah membagi sedikit demi sedikit dan menurunkan Al Quran secara berangsur-angsur.

Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al Isra’, 17 : 106)

  1. Penurunan Al Quran secara berangsur-angsur tersebut merupakan metode deduksi yang bersifat analisis.

  2. Kemudian oleh Allah dihimpun kembali berdasarkan bacaan. Hal ini dapat kita cermati dalam Al Quran Surat Al Qiyamah, 75 : 16 -19, berikut :

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya. (Qs. Al Qiyamah, 75 : 16 -19)

  1. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini menggunakan metode induksi yang bersifat sintesis dan sistematis.

  2. Dengan demikian untuk mengetahui tentang tauhid dalam Al Quran kita perlu menggunakan proses berfikir deduksi dan kemudian disusun kembali dengan proses berfikir induksi secara sintesis dan sistematis.

1 Qs. An Naml, 27 : 6 sebagai berikut : “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al qur’an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

No comments:

Post a Comment