بسم الله الرحمن الرحيم
Sungguh fadlu rabbi (karunia Tuhan) atas seorang hamba sangat luas dan tidak terbatas, betapa sempit akal ini untuk dapat mengkaji dan menampungnya, betapa kotor hati ini untuk menyimpan pemahaman dan hikmah dari rahasia rahasia-Nya, sehingga tak jarang pengingkaran dan fitnah menjadi reflek dari orang awwam terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan yang dititipkan kepada hamba hamba kesayangan-Nya.
Saudaraku yang budiman, bukan sifat dan sikap seorang muslim mengatakan sesuatu dengan penuh keleluasaan terhadap objek tanpa ilmu dan adab, bukankah kita tahu setiap ilmu mempunyai tolak ukur kebenarannya? Dan setiap kebenaran ada hakikatnya? Dan setiap hakikat ada perwujudannya? Dan wujud dari hakikat tidak pantas untuk di ungkapkan.
Berkata Imam Ghazali: "tidaklah pantas kalian mendalami hakikatnya ilmu secara detil dengan orang awwam, tapi cukupkanlah pembahasan dengan orang awam terhadap pembelajaran ibadah dan pembelajaran amanah dalam pengamalan dan penuhi hati mereka dengan kecintaan terhadp syorga dan pelarian dari neraka sebagaimana yang dikatakan oleh Al quran "
Rosulullah bersabda:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال: حفظت من رسول الله وعائين من العلم: فاما أحدهما فبثثته واما الاخر فلو بثثته لقطع هذا البلعوم @اخرجه البخاري : ١٢٠@ا
diriwayatkan dari Abu Hurairoh - semoga Allah meridhoinya- berkata: "saya menjaga (melestarikan) dua wadah ilmu dari Rosulullah, adapun salah satu dari keduanya telah aku sebarkan dan yang lain bila aku sebarkan sungguh akan terputuslah tenggorokan ini"
Hikmah yang dapat dipetik dari al haddadiyyah: "hendaklah seorang yang aalim billah pembicaraannya terhadap orang awam mencakup seputar 3 perkara:
1- Mengingatkan atas ni'mat Tuhan
2- Menetapi keta'atan
3- Menjauhi larangan (maksiyat)
Dan setiap orang alim yang keluar pembicaraannya dari 3 perkara di atas kepada manusia awam, maka pantaslah bagi dia untuk menyandang gelar juru fitnah.
ما انت بمحدث قوما حديثا لا تبلغه عقولهم الا كان لبعضهم فتنة @اخرج مسلم :١ :٧٦@ا
(في شرح النووي)
"tidaklah anda berkata kepada orang yang tidak sampai akalnya terhadap pembicaraan anda, kecuali akan menjadi fitnah bagi sebagian mereka"
Saudaraku.. ketika kita mendapati kitab kajian para ahlullah janganlah serta merta mendeskriditkan dengan ucapan kotor dan tuduhan yang menghinakan, seperti telah kita telaah diatas bahwa khitob (objek) dari ucapan itu disesuaikan dengan mukhotobnya (orang yang dikenai objek pembicaraan) sehingga terhindar dari fitnah dan syubhat.
Saudaraku.. Jangan terpancing dengan kekaromatan seorang ulama, sehingga kita sadar diri bahwa ilmu dan akal kita terbatas untuk menyibak hikmah dari agungnya pancaran kebesaran Tuhan, apakah kita merasa sebagai mukhotobah dari setiap ucapan dan kejadian yang Allah tetapkan pada kekasih kekasihNya? sungguh kita bukanlah orang yang mampu memahami rahasia rahasia Tuhan. sebagaimana ibarat yang dijelaskan oleh Abu Hurairoh - semoga Allah meridhoinya- takan menyebarkan pada khalayak ramai tentang rahasia ilmu dari Rosulullah, yang apabila disebarkan maka akan binasalah manusia keseluruhan, dan beliau menyebarkan apa yang menjadi tuntutan syari'at kepada umat, lalu untuk apa Rosulullah memberikan Ilmu kepada Abu Hurairoh yang tidak dapat disebarkannya? Jawabannya adalah karena Abu Hurairoh pantas menjadi khitob dari ilmu Rosulullah itu yang harus slalu dijaga dari orang awam, dan hanya patut untuk orang yang selevel dengan beliau. Wallah muwafiq ilaa aqwami toriq wallahu a'lam bi shawab.
Note:
Tulisan ini dengan berat hati saya postingkan, melihat keadaan umat masa kini yang semakin tak terkendali dari ucapan serta perbuatan dengan kedangkalan ilmu serta ketiadaan adab menyoal hakikat ilmu yang tak patut diwujudkan, semoga kita dapat berbaik sangka pada ualama dan slalu menjadi hamba-Nya yang penuh adab tatakrama. Amien...
Tuesday, November 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment