Sungguh bingung malaikat Jibril, ketika mengarungi surga, memilih salah satu bouraq dari empat ribu yang berada di surga, asik bermain-main berkeliling menikmati indahnya panorama surga, bentuknya sama, lincahnya sama, cepatnya sama, benar-benar membuat Jibril pusing kepala, yang mana yang akan di ajak ke dunia, untuk menghibur Rasulullah yang sedang berduka, karena kematian orang-orang yang beliau cinta.
Saat pusing-pusingnya memilih, Jibril melihat seekor bouraq yang duduk menyendiri, wajahnya merenung, air matanya mengalir, sehingga membuat Jibril penasaran, dengan langkah pelan, diam-diam jibril mulai mendekatinya, lalu bertanya kepadanya
” Wahai Bouraq, kenapa kau tidak menikmati kebun-kebun surga, seperti teman-temanmu yang lain. ”
Bouraq mengangkat wajahnya, matanya penuh dengan linangan air mata, kelihatan sekali bahwa dia sedang berduka.
” Jibril, lihatlah tulisan yang ada di dahiku, Muhammad Rasulullah, dimana-mana tertulis namanya, di pohon-pohon, di tempat-tempat mulia, sungguh hal ini sudah cukup membuatku untuk merasakan cinta, rindukan semakin bergelora kepadanya. ”
Saudaraku, mari kita merenung sejenak, Bouraq tidak berakal seperti kita, tidak memakan jasa Rasulullah seperti kita, tetapi cintanya kepada Rasulullah demikian besarnya, sungguh jikalau di bandingkan dengan kita, pasti kerinduan kita lebih bergelora, kecintaan kita semakin membara, ingin bertemu dengan Rasulullah yang mulia, meskipun diri hina penuh lumuran dosa, tetapi ampunanNya, lebih luas dari samudera, lebih tinggi dari angkasa, dan.. kita lanjutkan ceritanya.
Jibril mengerti dengan keadaan bouraq, sungguh dukanya semakin menyiksa, rindunya semakin bergola, cintanya semakin menggila, lalu Jibril tersenyum kepada bouraq, senyum yang mengusir duka, sehingga duka itu seakan hilang selamanya.
” Bouraq, maukah engkau kuajak ke dunia, untuk menemui orang yang kau cinta.”
Mendengar kata Jibril, Bouraq langsung melompat-lompat kegirangan, sayapnya mengepak lebar, duka di wajahnya lenyap seketika, sungguh tiada kebahagiaan yang indah, selain bertemu dengan orang yang dicinta, bibirnya tersenyum seketika, seakan air mata yang mengalir, lenyap tak bersisa, lalu berangkatlah Jibril bersama Bouraq kedunia, untuk menemui Rasulullah yang tercinta.
Sesampainya di depan Rasulullah, Bouraq kembali melompat-lompat kegirangan, sungguh ini adalah hari yang di dambakannya, dengan girangnya, Bouraq berkata.
” Rasulullah, aku sudah siap berangkat, tubuhku kuat, kecepatanku sejauh mata memandang, sayapku lebar. ”
Jibril langsung menepuk bahu Bouraq dengan lembut, sambil tersenyum kemudian Jibril menegur.
” Bouraq, sopan sedikit, yang kamu temui ini bukan manusia biasa, tetapi manusia yang luar biasa. ”
Subhanallah, mari kita lihat sejenak sikap dari Jibril dan Bouraq, Jibril menegur Bouraq untuk sopan itu sikap yang benar, Bouraq melompat-lompat kegirangan karena cinta juga benar, keduanya tidak bisa di salahkan, wah ceritanya jadi terpotong ya, afwan mari kita lanjutkan, setelah di tegur Jibril, Bouraq pun berdiam, sambil menundukkan badannya bouraq berkata ” Silakan naik, ya Rasulullah ”
Melihat keadaan ini, maka Muhammad menitikan air mata, semakin lama air matanya semakin deras, sehingga kembali membuat Jibril heran.
” Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis, kau akan dihibur, mengapa kamu masih bersedih wahai kekasih Allah. ”
Muhammad menatap Jibril, air matanya semakin mengalir deras.
” Jibril, jikalau aku mempunyai kendaraan seindah ini, umatku bagaimana Jibril, umatku bagaimana? Apakah umatku mempunyai kendaraan sepertiku saat di halau di akhirat nanti.
Inilah cinta Rasulullah, di saat Allah menghiburnya dengan anugerah luar biasa, yang beliau ingat adalah kita, bukan istri, bukan harta, bukan kedudukan, tetapi kita semua sebagai umatnya, di saat ajal beliau menjemput, lisannya yang mulia berkata dengan cinta, umatku ya Allah, umatku….
Saat merasakan sakitnya sakratul maut, sungguh beliau ingin menanggung rasa sakitnya bagi umatnya, agar kita tidak merasakan rasa perihnya, saudaraku, pernahkah kita berpikir tentang beliau yang di lempari batu, tentang beliau yang dikatai orang gila, tukang sihir, tukang ramal dan sebagainya, saat beliau sujud lalu di lumuri dengan kotoran unta, saat beliau di asingkan dan di usir dari tempat tinggalnya, sungguh saat melihat keadaan seperti ini, korupsi dimana-mana, aktifitas zina merajalela, maksiat semakin membara, tipuan dunia semakin bergelora, seakan manusia bangga dengan dosa, apakah itu akan membuat Rasulullah tersenyum bahagia melihat kita, atau berduka melihat kita.
Para sahabatnya di usir, di bunuh, dihinakan, istri-istrinya di tuduh melakukan perbuatan tidak senonoh, harus rela kehilangan paman beliau yang tercinta Abu Thalib yang selama ini membantunya, pernah diblokade di Syi’ib sampai-sampai para sahabat memakan dedaunan, puteri-puterinya meninggal, ruh anaknya (Ibrahim) di cabut di depan matanya sendiri, mayat Hamzah (pamannya) di koyak-koyak perutnya di perang Uhud, mengikat batu di perutnya untuk menahan rasa lapar, serta berbagai cobaan hidup yang lainnya, semuanya beliau lakukan karena semata-mata cinta kepada kita semua.
Sekarang kita renungi diri kita, apakah sikap kita selama ini menyenangkan hati Rasulullah, atau membuat Rasulullah berduka, apakah kita ikut memperjuangkan misi Rasulullah, atau malah merusak segala usaha yang dulu beliau lakukan, lihatlah pihak-pihak yang merusak, diskotik, goyang dangdut penuh maksiat dengan tebaran aurat, acara tv penuh embel zina, sudah berjuang tidak merusak lagi, wahai para penggelar acara yang terhormat, para pemerintah yang mengijinkan acara itu di selenggarakan, sungguh dengan kerendahan hati, saya yang masih miskin ilmu ini mencoba mengingatkan anda, untuk memperjuangkan yang benar, jangan sampai kedudukan anda yang mulia, justru menjadi jalan perusak generasi muda, atau membuat umat Rasulullah semakin terlena dengan kemilau dunia yang fana, semoga kita semua, bisa bersanding dengan Rasulullah di surga nanti, amin ya rabbal alamin.
Showed right from wrong
Taught me to be strong
Need you more than ever
Ya Rasul Allah
You came to me
In that hour of need
Need you more than ever
Ya Rasul Allah
Tuesday, November 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment