Tuesday, November 17, 2009

Belajar Menghargai Hidayah

Masihkah kita ingat dengan sosok seorang Sumayyah. Ia dikenal sebagai syahidah pertama dalam Islam. Sumayyah Binti Kahiyyat dan Yasir pernah disiksa oleh Abu Jahal Bin Hisyam ditengah-tengah padang pasir, Ramdha. Saat tahu tentang itu, Rasulullah datang dan berkata, “Hai keluarga Yasir, sabarlah! kalian dijanjikan pahala surga.”

Bahkan mereka diancam akan dibunuh jika tidak meninggalkan agama Islam. Kedua orangtua Ammar, Yasir dan Sumayah, tetap berpegang teguh memegang Islam dengan berani berujar di hadapan para musyrikin, “kami yang sudah suci dengan Islam tidak mau mengotorinya lagi.” Mendengar itu para musyrikin marah dan akhirnya membunuh keduanya dengan tombak.

Sumayyah memilih tetap bertahan. Meski ia bisa saja memilih kalah dan kembali kepada kejahiliahan. Tapi dia adalah seorang muslimah yang paham pilihan yang benar. Ia pilih mati sebagai syuhada pertama di sejarah Islam. Dan tentu saja pahalanya lebih besar, janah dan ridha Allah atas dirinya.

Kini, kita juga dihadapkan pada sebuah peristiwa mengagumkan. Seorang wanita di abad ini yang tetap bertahan dengan jilbab yang dia kenakan. Marwah Al Sharbini, seorang muslimah berusia 32 tahun, yang ditikam sampai mati oleh pria 28 tahun asal Jerman dengan keturunan Rusia dalam ruang sidang di timur kota Dresden pada Rabu, 1 Juli 2009. Dia ditikam 18 kali, sebelum wanita hamil tersebut memulai kesaksiannya melawan pria yang melecehkan dirinya karena memakai hijab. Tragis!

Dua peristiwa ini menghentakkan hati kita tentang betapa hidayah begitu berharga bagi mereka. Karena mereka melihat bahwa tiada ilah yang wajib ditaati selain Allah. Tidak ada tujuan yang hendak dicari, kecuali hanya ridha Allah. Mereka akan berbuat apa saja, selama itu bisa mendatangkan keridaan Allah. Bahkan kalau pun mereka harus mati untuk mendapatkan ridha Allah, mereka pasti akan melakukannya.

Dari situ kita belajar, bahwa berislam berarti menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada ketentuan Allah. Apa yang Allah mau, apa yang Allah inginkan, kita akan berusaha melakukannya. Tanpa pamrih, tanpa embel-embel dan tanpa tuntutan apa pun. Kita juga akan sangat menghindari perkataan yang membuat Allah murka, tindakan yang membuat Allah tidak ridha kepada kita. Kita akan sangat berhati-hati dalam berkata-kata, dalam bersikap dan dalam beramal. Karena bagi kita hidayah Allah itu mahal, dan lebih berarti daripada hanya seonggok dunia.

Inilah nilai yang harus kita tanamkan kepada muslimah dan anak-anak gadis kita. Bahwa memegang erat hidayah, sama pentingnya dengan mendapatkan hidayah itu sendiri. Carilah hidayah dengan upaya terkeras kita, dan bila sudah mendapatkannya, jangan dilepas begitu saja. Pertahankan, dengan jiwa yang ada di raga.

No comments:

Post a Comment