Berkata Sayyid Al imam Al ghauts Abul Abbas Ahmad Bin Idris As syariful idris Al hasani Rahimahullah "Demi Allah, janganlah engkau menghina atau menyakiti seorang muslim, karena bisa jadi dia adalah termasuk wali Allah dan kamu tidak menyadarinya, hingga engkau masuk dalam murka Allah "
Betapa tinggi hikmah dari nasehat beliau hingga wajar saja dimasa hidupnya beliau dijadikan sandaran bagi ulama ulama zamanya, beliau terkenal dengan kehebatannya dalam mentahqiq (nyatakan kebenaran: pent) keilmuan seseorang dengan derajat kewaliannya.
Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman: " (من عادي لي وليا فقد اذنته بالحرب)barang siapa yang memusuhi waliku sungguh telah Ku umumkan peperangan dengannya". Inilah derajat para wali wali Allah yang bila ia disakiti oleh ummat tidak akan meminta pembalasan kepada Allah, tapi Allah sendiri yang akan menjadi penolongnya, maka kita berlindung kepada Allah dari memusuhi wali wali'Nya.
Berkata Abu Abas Ahmad Bin Umar Al mursi (beliau adalah seorang wali besar, pewaris keilmuannya Abu Al hasan As syadzili): "saya mengamati keadaan suatu kaum, dan tidaklah saya melihat seorang pun yang mengingkari kewalian dari mereka kecuali meninggal dalam keadaan yang tidak baik "(kitab lathoif al minan)
Berkata As syaikh Al arif billah Husain Bin Abdillah Ba fadhol rahimahullah, (beliau adalah pengarang kitab Al fushulu Al fathiyyah pembahasan dalam ilmu tasawuf): "orang yang mengingkari kewalian seorang wali berarti mati hatinya, kurang akalnya, tidak mempunyai keridhoan, dialah orang pandir dan bodoh yang tertipu, jumud, pelaku bid'ah dan buta pengetahuan, orang yang tertutup mata hatinya, yang terkena fitnah, yang rusak, yang hina di sisi Allah dan dihadapan manusia, tidaklah dapat diterima perkataannya, dan dia akan meninggal dunia tanpa membawa islam dan ditimpa musibah dengan kesempitan dan kemiskinan di dunia (Sungguh siksa akhirat itu lebih pedih dan kekal) mestilah dia orang yang tidak wara' dan tidak bertakwa, bahkan tidak islam dan iman, jikapun dia berprilaku layaknya orang muslim yang beriman sesungguhnya itu hanya Dzohirnya saja, terbukti karena dia tidak memiliki akhlak budi pekerti" (kitab Al qirthos)
Dan masih banyak lagi riwayat dari berbagai sumber yang teriwayatkan di dalam kitab kitab karangan para ulama salaf ataupun kholaf, tentang kehinaan dalam mengingkari atau memusuhi wali wali Allah. Ibnu Athaa' rahimahullah berkata: "apabila ada yang mengatakan: tidak semua terbukti orang yang mengingkari atau memusuhi wali Allah akan mendapat musibah serta pembalasan terbukti dengan beberapa kenyataan yang ada. Beliau menjawab: maka sesungguhnya ia telah ditimpa musibah dengan sesuatu yang lebih pedih dari pada musibah yang terlihat..." Di takhrij oleh imam At turmudzi (2396) dan Al hakim (juz 4: hal 608) diriwayatkan oleh anas rahimahullah "jika Allah menghendaki kejelekan seorang hamba, maka Allah akan menahannya dari siksa atau musibah di dunia dan pada hari kiamat dia akan datang dengan menanggung dosa dosanya".
Demikianlah betapa banyak riwayat dan dalil dalil dalam membahas kehurmatan (kemuliaan) dalam menjaga hak hak wali Allah, namun saya membatasi diri dari penyebutan karomah para waliyullah untuk menghindari fitnah ummat yang dangkal pemahaman agamanya, karena itu semua merupakan khoriqul 'adath (menyalahi kebiasaan) pada umumnya, dan itu merupakan bab pembahasannya ulama akhirat (pembahasan pergerakan hati: pent) sedangkan yang saya kehendaki disini adalah bab pembahasannya ulama fiqih, dzohirul ibadah tentang bagaimana adab dan akhlaq kita menyikapi keberadaan para waliyullah ini.
Hubungan yang erat antara hak dan kewajiban kita kepada wali wali Allah, ketika mereka dengan manzilahnya yang mulia dan tinggi di alam malakut, kita wajib menjaga kehormatannya, begitu juga keberadaan waliyullah yang sangat dekat dengan Allah dan demi kesolehannya maka kita juga bisa mendapatkan hak untuk bertabaruk (mengambil keberkahan) kepada para wali Allah, dan ini tidaklah mukholafah li syari'ah (menyalahi syariat) justru merupakan tuntunan dari Nabi Muhammad melalui sunnahnya dan sunnah khulafaurrosyidin.
Begitu juga halnya ruqyyat / azimat dengan huruf arab merupakan sesuatu yang diperbolehkan,selama itu tidak menduakan Tuhan, lihat penjelasan kitab Faidhul Qodir juz 3 hal 192 dan tafsir Imam Qurtubi juz 10 hal 316/317 dan masih banyak lagi penjelasan dari para muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karna itu semata2 tabarruk (mengambil berkah) dari orang orang soleh dan ayat ayat alquran.
Sahabat saling berdesakan berebut air bekas wudlu beliau SAW (shahih bukhori hadids no. 186)
Penjelasan Allah pada alquran tentang kisah ya'qub dalam keadaan buta "berkata yusuf kepada kakak kakaknya, pergilah kalian dengan bajuku ini, lalu lemparkan ke wajah ayahku, maka ia akan sembuh dari butanya (qs: yusuf : 93)
untuk apa Allah menceritakan tentang baju yang dilemparkan ke wajah ayahnya(ya'qub) itu adalah agar kita memahami bahwa Allah memuliakan benda benda yang pernah bersentuhan dengan tubuh Hamba hambaNya yang soleh.
Setelah Rosul SAW wafat, asma binti abu bakar as sidiq ra menjadikan baju beliau SAW sebagai pengobatan, bila ada yang sakit maka ia mencelupkan baju rosul saw kedalam air lalu meminumkannya pada yang sakit (shahih muslim : 2069)
Sabda Rosulullah SAW "demi nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yang sakit dari kami, dengan izin Tuhan kami (shahih Bukhori : 5413)
Seorang sahabat meminta Rosul SAW
Tuesday, November 17, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment