“Good morning, Pak Gland, what’d happened with your neck?” sapaku pada Bosku yang pagi itu datang dengan kondisi berbalut penyangga leher; yang disambut Bosku dengan cerita panjang lebar penyebab balutan dilehernya, bagaimana saat liburan akhir minggu disuatu daerah pariwisata, ternyata motor yang ditumpangi bersama rekannya, terpelanting ditikungan dan terseret di jalanan berpasir dan akibat peristiwa itu, salah urat pada leher membuatnya sulit untuk digerakkan dan harus dirawat dua hari dirumah sakit tempatnya berlibur.
Saat ia bercerita, aku teringat anak kami yang sedang melanjutkan kuliahnya didaerah yang sama, yang juga mengendarai motor sebagai alat transportasinya; yah, hanya do’a kami sebagai orang tua yang selalu kami panjatkan kepada Alloh SWT agar anak kami selalu selamat dalam lindunganNya dan dijauhi dari segala musibah.
Jam-jam sibuk hari itupun berlalu, sambil beranjak pulang aku lantunkan dalam hati do’a-do’a kepada Alloh, mohon perlindunganNya; do’a itu berlanjut saat bus yang kutumpangi dari arah belakang bergerak lambat, beriringan dengan kendaraan lainnya, karena jam yang sama, semua orang berpacu menuju ketempat tinggal masing-masing.
Walau bus penuh penumpang, Alhamdulillah, Alloh berikan aku rizki tempat duduk untuk melepas lelah; saat itu posisi dudukku berada di deretan belakang, maka dengan leluasa aku dapat melihat apa yang terjadi di depanku; Diantara penumpang yang kuperhatikan, ada dua anak yang terlihat seperti kakak-beradik berdiri tidak jauh dari tempatku duduk; si adik dengan posisi jongkok sepertinya sedang menahan rasa sakit diperutnya, sedangkan sang kakak berdiri disebelahnya seolah tidak begitu peduli dengan kondisi si adik.
Sekian menit bus berjalan, aku perhatikan kondisi si adik semakin meringis,pucat, menahan sakit; membuat hati ini tergugah, maka dengan tidak mempedulikan reaksi penumpang lain, aku bertanya “Adik sakit perut ya?”.. ternyata menjawab si kakak “iya tuh Bu, mules, masuk angin barangkali”..
Tanpa berfikir panjang, dengan cepat aku cari uang duapuluh ribuan yang sudah aku bayangkan dan niatkan untuk aku berikan pada mereka sejak tadi, lantas aku ulurkan pada si kakak “kalau nanti sampai, bisa tolong belikan obat masuk angin dan makanan untuk adikmu”, sang kakak dengan sigap mengiyakan.
Setibanya bus diterminal, dengan tergesa-gesa semua penumpang berhamburan keluar, begitu juga dengan kedua kakak-beradik tersebut; kuperhatikan dari jauh bagaimana si adik langsung menuju ke wc umum, sedang si kakak ke arah pedagang; sedangkan aku, melanjutkan langkahku mencari kendaraan umum yang akan membawaku menuju rumah; saat itu jam menunjukkan pukul 16.30, dan entah mengapa, saat berada dalam kendaraan tersebut, tiba-tiba airmata ini bercucuran tanpa bisa dicegah, saat itu, terbayang anak-anak kami –yang sepertinya- usianya tidak jauh berbeda dengan kakak beradik yang aku temui tadi; bedanya anak bungsuku dirumah, sedang sang kakak jauh di daerah.
Akhirnya, alhamdulillah, sampailah aku dirumah, dengan mengucap salam, aku masuki rumah, kupeluk si bungsu, kemudian kulanjutkan dengan aktifitasku sebagai ibu rumah tangga. Selang beberapa menit sebelum adzan maghrib, telpon rumahku berdering, aku fikir, mungkin dari suamiku yang akan minta izin akan pulang setelah sholat maghrib di kantornya; ternyata dari seberang sana terdengar suara tersendat-sendat “Bunda,…a..a.. aku.. ba..ru..ja..tuh..dari motor…ta..pi..ga’..papa..koq’..” wah!...itu suara si sulung,anak kami, merintih seperti menahan sakit; dengan paniknya aku menjawab..”Mas, bagaimana kondisinya, dimana jatuhnya.., apa yang sakit, nak”…dg perlahan anakku menjawab “Bunda.. ga’ usah panik, aku sudah ditolong temanku dibawa ke dokter, alhamdulillah ..Cuma mata kakiku yang lecet, motorku terpeleset ditikungan jalan yang banyak pasirnya”…
Subhanalloh…
Silih berganti terbayang dibenakku, bagaimana peristiwa yang menimpa bosku dengan kondisi yang sama dan terbayang juga kondisi kakak beradik di bus sore ini..
Airmata ini berurai tak terbendung…cepat-cepat aku tanyakan “jam berapa kejadiannya, anakku?”…”kira2 jam 17.30-an tadi, Bun” ujar anakku..
MasyaAlloh, dengan selisih perbedaan waktu setempat, ternyata takdir anakku jatuh dari motor berlaku di jam yang sama dengan linangan airmata ibunya dikendaraan umum tadi.
Subhanalloh..
Dengan penuh kasih sayang seorang ibu, aku besarkan hatinya untuk selalu tegar dan menyuruhnya istirahat, minum obat, sambil mengingatkannya untuk selalu dekat dan berkomunikasi kepada Alloh dengan menjalankan segala perintahNya, do’a orang tua akan selalu mengiringi..”
Malam itu, setelah semua kejadian dan hubungannya dengan sedekah yang diberikan dengan ketulusan hati membuahkan lebih ringannya akibat dari musibah yang Alloh takdirkan pada anak kami, aku ceritakan kepada suami dan si bungsu; dengan bersama-sama kami panjatkan do’a syukur kepada Alloh karena hanya dengan rahmat Alloh SWT anak kami Alhamdulillah sehat, selamat.
Semoga Alloh jaga istiqomahnya ibadah kami untuk selalu berzakat dan sedekah karena Alloh semata, amiin ya Robbal ‘alamiin.
No comments:
Post a Comment