Monday, August 17, 2009

Ketika Hati Menangis

Seperti biasa sembari menggarap data-data hasil penelitian, hampir pasti saya selalu mengaktifkan radio Hp. Hari ini saya mendengarkan Radio Siesta Fm (Inspirasi Indonesia) yang di relay dari Jakarta melalui radio lokal di Pontianak. Meski bukan radio dakwah, tapi program-program acara ini memang memberikan banyak perenungan, motivasi serta inspirasi tentang kehidupan. Hampir seluruh acaranya dibawakan oleh Sahnaz Haq dan rekannya : Gilang. Saat itu saya menyimak salah satu program yang paling saya minati adalah :”Berhenti Sejenak”. Program ini selalu menghadirkan bintang tamu, dimana kemudian pengalaman hidupnya akan diangkat sebagai bahan renungan bagi setiap pendengar.

Kali ini Siesta menghadirkan Kang Yana, seorang ayah dari seorang anak bernama Oval (6 thn). Ia baru saja 2 tahun bercerai dengan istrinya. Ia bercerai di usia pernikahannya yang ke-10. Istrinya meminta ia dan anaknya meninggalkan rumahnya sendiri. Karna sang istri telah memiliki ”cinta ” dari laki-laki selain suaminya. Tragisnya sang istri memang meminta kang yana untuk membawa Oval pergi jauh darinya. Sebenarnya sejak 6 bulan sebelum peristiwa pngusiran itu sang istri sudah sering meminta cerai darinya tanpa ada masalah yang menjadi pemicunya. Namun kang Yana selalu berusaha membangun komunikasi dari hati ke hati dengannya agar perceraian itu tak kan pernah terjadi. Kang Yana tetap mempertahankan pernikahannya, demi menjaga perasaan dan perkembangan psikologis Oval.

Dan peristiwa pengusiran hari itu membuatnya tak bisa bertahan lagi. Meski rumah itu adalah milik mereka berdua, tapi demi menjaga perasaan dan hati Oval, kang Yana tak sama sekali mengadakan perlawanan mulut terlebih lagi perlawanan fisik. Sejak hari itu hingga 2 tahun perceraiannya, kang Yana selalu menangis jika diminta atau terpaksa harus berbagi ke orang lain tentang perceraiannya. Bukan saja karna cintanya yang dikhianati tapi lebih karna kang Yana selalu didera rasa bersalah terhadap anaknya.

Sebagai pendengar saya bisa merasakan bahwa begitu besarnya kasih sayang kang Yana kepada Oval, anaknya. Diantara tangisannya kang Yana melafadkan sebait do’a buat anaknya : ”Ya Alloh berilah keberkahan hidup bagi anak saya dan jangan biarkan ia mengalami kegetiran dan kepahitan dalam hidupnya..”

Bait do’a itu terlantunkan dengan suara yang bergetar penuh harap....: Pilu banget...dalem rasanya. Begitu besarnya kasih sayangnya tersebut, hingga ia berazzam tak kan menikah lagi tanpa restu dari anaknya. Akhirnya kang Yana berpesan kepada seluruh pendengarnya :”bahwa perceraian itu menyakitkan siapapun, seperti apapun kondisi pernikahan, jangan pernah memberi kesempatan untuk perceraian.

Selama berbagi cerita, saya mendengarnya menangis sesegukan ….ada sedu sedan yang tertahan....ya...spertinya ia berusaha membendung air matanya...tapi akhirnya sedih itu tumpah tak terbendung...Tangisnya begitu menggetarkan hati ini. Bagi saya jika seorang laki-laki menangis itu menandakan bahwa ada kesedihan yang teramat sangat dari lubuk hatinya yang terdalam....

Sebab yang saya tau laki-laki adalah mahluk yang paling kuat dan seringkali mampu menyembunyikan kesedihannya. Menangis adalah hal yang sangat biasa bagi siapapun...karna hampir setiap kita pernah menangis..sebagai pelampiasan dari ”sedih” yang membuncah dalam jiwa atau senang yang teramat sangat. Seperti kang Yana kini.

Siapapun pasti tak menginginkan perceraian. Tapi manakala pilihan itu tak dapat terelakan, maka hanya keikhlasan dan kesabaran lah yang menguatkan kita.

Dan siapapun anda manakala kesedihan menyapa anda,

maka menangislah....sebab Alloh menyiptakan kantong mata tanpa gender..

menagislah...sebab menangis bukan tanda kelemahan atau ketidakmatangan seseorang.....

menangislah....karna airmata yang tertahan akan menyebabkan perasaan tertekan dan tegang....

menangislah ...karna dengannya kita akan merasa lebih nyaman.......

No comments:

Post a Comment