Saturday, August 15, 2009

Menjemput Atau Dijemput Maut

Seringkali saya melihat sebuah peristiwa di jalan raya yang sangat memilukan. Sebuah peristiwa kecelakaan lalu-lintas. Biasanya antara sebuah sepeda motor dan sebuah mobil. Baik mobil angkutan umum maupun kendaraan berat lainnya.

Peristiwa yang sering terjadi ini, karena si pengendara motor yang mengejar waktu, agar tidak terlambat ke tempat tujuannya. Atau juga sopir angkot yang tergesa-gesa langsung meminggirkan kendaraan di sebabkan adanya penumpang yang tiba-tiba minta di turunkan secara mendadak. Hingga kendaraan yang dari arah belakang mobil, harus berhenti atau mendadak mencari celah agar tidak menabrak angkot di depannya.

Jika kecelakaan itu mengakibatkan manusia kehilangan nyawanya, maka bisa dikatakan ada dua kesimpulan yang bisa diberikan pada si mayat. Bila dia mengendarai kendaraannya karena sifat ketergesaan dan tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, maka tentu saya bisa memberikan kesimpulan bahwa dialah yang menjemput maut. Karena dia lalai untuk berjalan sesuai prosedur berlalu-lintas.

Lain lagi bila si korban adalah orang yang bersikap sebaliknya. Dia berusaha untuk patuh berlalu-lintas di jalan raya dan bersikap hati-hati dalam mengendarai kendaraannya. Maka kesimpulan yang bisa di berikan : dia di jemput oleh maut.

Menjemput dan di jemput maut, memang sama-sama berakhir pada hilangnya nyawa seseorang. Tapi perlu di waspadai, bila kitalah yang mendatangi maut, maka bisa saja itu berkonotasi bunuh diri.( terkecuali bila kita datang menjemput maut untuk meraih syahid di jalan Allah, ).

Seperti seseorang yang suka memakan sesuatu yang tidak boleh dimakannya, karena alasan penyakitnya. Penyakit seperti tekanan darah tinggi, yang harus memerhatikan kadar garam yang di konsumsinya, misalnya Ataupun seorang perokok yang tahu bahwa asap rokok membahayakan jiwanya sendiri dan orang di lingkungannya.

Hal-hal kecil yang nampak sepele untuk kita abaikan, mungkin akan berakibat fatal akan kesehatan kita. Memang sih urusan maut, Allah Swt. yang mempunyai wewenang. Tapi, kita sebagai manusia yang diciptakan dengan akal yang baik, tentu saja harus tahu apa yang boleh dilakukan untuk menjaga kesehatan.

Ada sebuah kisah yang menyedihkan. Seorang karyawan sebuah perusahaan yang bertugas sebagai sopir kendaraan mengangkut karyawan pagi dan sore hari. Pada suatu pagi ( mungkin masih jam enam ), dia memarkir mobilnya di sebuah pinggir jalan raya. Penempatan mobilnya sesuai aturan. Hingga ada seorang anak muda dari arah yang berlawan arah dengan arah mobil yang di parkir. Anak muda ini mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Apa yang terjadi? Dia menabrak mobil yang sedang diam tersebut, yang akhirnya membuat pengendara motor tersebut meninggal dunia, dan orang yang diboncengnya luka parah.

Bagaimana komentar orang? Mereka menyesalkan sikap anak muda tersebut. Terlihat baru pulang dari begadang. Ternyata motor yang dikendarainya pun adalah pinjaman. Tapi naas bagi sopir mobil tersebut. Dia tetap harus masuk penjara untuk beberapa bulan. Saya juga tidak tahu persis bagaimana proses hukumnya. Tapi yang jelas anak muda yang telah lalai menaati peraturan lalu lintas itu, selain menjemput mautnya sendiri ternyata membuat orang lain juga menderita.

Oleh karena menjemput dan di jemput maut adalah sama pada akhirnya, ternyata berbeda pada prosesnya. Yah sebuah proses yang terjadi tergantung pada manusianya. Apakah memang dia selalu berhati-hati, ataukah memang dia sendiri lalai..

Semoga tulisan ini dapat membuat kita dapat lebih berhati-hati dalam bersikap, terutama dalam hal mengendarai kendaraan. Karena yang kita inginkan adalah maut sendiri yang menjemput kita tentunya.

No comments:

Post a Comment