Thursday, August 13, 2009

Kontemplasi

Wahai diri, sejauh umurmu ini, engkau sudah diberi kesempatan mengemban amanah sebagai hambaNya di bumi ini, cobalah pandang kebelakang, hingga manakah engkau telah jalankan misimu yang telah digariskanNya yang nantinya akan engkau pertanggungjawabkan di depan pengadilan Ilahi. Tidakkah engkau ingin menjadi orang seperti orang yang diindikasikan Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian” dan bukan pada ungkapan “Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT. (HR Turmudzi). Sahabat Umar bin Khatab ra juga beliau pernah berkata, ‘hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kaliau untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia.
Wahai diri, sungguh urgensi bercermin ini merupakan rangkaian dari sebuah rencana dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya. Dan dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi, perencanaan, strategi, implementasi dan evaluasi. Bahkan sangat jelas sekali Rasulullah SAW mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dikaitkan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan. Jadi, seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekedar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim harus memiliki visi & planing untuk kehidupannya yang lebih kekal abadi. Karena orang yang sukses adalah orang yang mampu mengatur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya. Orang bertakwa adalah orang yang ‘rela’ mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, ‘kebahagian kehidupan ukhrawi.’ Dan ingatlah bahwa evaluasi itu saja tidaklah berarti tanpa ada aksi yang harus dilakukan untuk memperbaiki.
Wahai diri, misi utamamu di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah beribadah (QS. 51 : 56). Oleh karenanya, sepatutnya aspek ibadah menjadi perhatian utama evaluasimu. Ibadah wajibmu sudahkah dipenuhi? Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka sungguh ia beruntung dan sukses. Namun jika shalatnya fasad (rusak/ cacat) maka sungguh ia akan menyesal dan merugi. (HR. Nasa’i), lantas bagaimana sholatmu? Kemudian bagaimana shaummu? Zakatmu? Hajimu?
Wahai diri, lantas bagaimana dengan ibadah sunnahmu? karena ibadah sunnah akan menjadi penyempurna bagi ibadah fardu. Bahkan ulama mengatakan bahwa salah satu indikasi kesempurnaan keimanan seorang mu’min adalah kelanggengannya dalam melaksanakan ibadah sunnah. Rasulullah SAW sendiri memberikan porsi dalam aspek ini dengan begitu besarnya. Perhatikan saja sebagaimana yang dikatakan Aisyah, bahwa beliau SAW shalat malam hingga kedua kakinya bengkak-bengkak. (HR. Bukhari Muslim). Kemudian shaum sunnah, dzikrullah, tilawah Al-Qur’an, infak shadaqah, berbuat ihsan, dsb. Bagaimana denganmu?
Wahai diri, kemana saja segala nikmat yang dikaruniakan kepada engkau itu digunakan? umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya & kemana dibelanjakannya & ilmunya sejauh mana pengamalannya?’ (HR. Turmudzi).
Wahai diri, sudahkah harta yang engkau dapatkan itu dengan cara yang benar dan tidak bathil? Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. 4 : 29). Sudahkah semua pekerjaan dan sumber penghasilan yang telah engkau dapatkan sudah jelas kehalalannya? Ataukah masih terdapat hal-hal yang berbau syubhat dan keharaman?
Wahai diri, kalaupun engkau merasa telah melakukan tugas wajibmu itu, tetapi sudahkah ibadah-ibadah itu terjaga dari hal-hal yang membuatnya hancur seperti yang disinyalir Rasulullah SAW: ‘Orang yang bangkrut dari umatku di hari kiamat adalah orang yang datang dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa) mencela kehormatan orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain dan memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)
Wahai diri, bagaimana selama ini engkau bersosialisasi dengan masyarakat, bergaul dengan tetangga, beraktivitas dengan teman kerja, berakhlak di jalan raya, dsb? Sudahkah engkau berkehidupan sosial (muamalah) sesuai dengan petunjukNya dan tuntunan Rasulullah SAW? Jika terdapat aib atau cacat di sana, maka perbaikilah.
Wahai diri, sudah seberapa jauh engkau tempatkan dirimu pada dunia dakwah. sudah sejauh mana pihak lain baik dalam skala fardi maupun jama’i, merasakan manisnya dan manfaat dari dakwah yang telah sekian lama dilakukan? Jagalah agar harakah da’wah tidak hanya menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari nilai-nilai da’wah itu sendiri dan jagalah jiwa dakwahmu. Allah SWT berfirman : Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS.12 : 108)
Wahai diri, ingatlah bahwa evaluasi akan menentukan kembali arah yang akan dituju. Evaluasi juga akan membentuk seperti apa kita akan menjadikan diri kita. Dan evaluasi juga akan menjadikan format hidup kita lebih teratur dan pastinya lebih baik. Akhirnya marilah kita mengevaluasi masing-masing diri kita sendiri. Allah SWT berfirman “Dan untuk yang demikian itu, hendaklah orang-orang saling berlomba.” (QS. 83 : 26)
Ya Allah... Ya...Rabb, ringkas saja do’a yang hamba panjatkan padaMu yaa Rabb...
Jadikan hambaM ini hamba yang sukses dalam mengemban misi yang telah Engkau amanahkan sepanjang usia hamba yang Engkau berikan dan hamba yang berserahdiri hanya padaMu serta jadikanlah hamba sumber manfaat bagi komunitas dimanapun hamba berada..........
Bimbing hambaMu ini untuk dapat selalu berjalan di koridor yang Engkau ridhoi untuk dapat hambaMu ini menjalankan tugas dan misi yang telah Engkau tetapkan untuk hambaMu ini dan tetapkanlah hati hamba untuk selalu konsisten menjalaninya. Berilah hamba kemampuan yang prima dalam mengidentifikasi rambu-rambu yang berlaku dalam koridor yang lurus tersebut agar hamba tidak tersesat, dan jangan biarkan sepicingpun hamba lengah dan melenceng keluar dari koridor yang telah Engkau tetapkan tersebut....
Kabulkanlah... wahai Penerima Do’a...amien...

Wallahu a’lam Bis Shawab

No comments:

Post a Comment