Sering kali saya dengar dari beberapa teman bahwa kalau ngobrol sama si A kadang kurang asyik, karena dia orangnya kurang lentur alias kurang banyak ngomong dan terlalu jaga imej, atau kadang mereka mengatakan kata mbak ini, kita jangan terlalu begini dan jangan terlalu begitu, wah....pokoknya masih banyak lagi komentar-komentar yang kita dengar dari teman-teman. Saya jadi bingung juga menjawabnya, karena saya orangnya santai dan senang bercanda juga, sementara di lain fihak mereka juga menghargai saya, maksudnya di samping bercandanya saya, saya selalu menanamkan kebaikan untuk mereka.
Pernah ada seorang teman saya bertanya " Re...memangnya bercanda di haramkan ya...? " kaget juga saya saat mendengar pertanyaan itu, karena saya bingung bagaimana teman saya itu bisa berkesimpulan demikian, mungkin mereka melihat ada seseorang yang gak pernah bercanda sama sekali, atau dia pernah di tegur saat sedang bercanda. Wallahu´alam.
Memang bercanda itu ada batasnya, tapi bukan berati bercanda itu tidak boleh. Rosulullah sendiri juga senang bercanda dengan para sahabat juga dengan keluarganya.
Dari Anas radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, bawalah aku jalan-jalan”. Beliau berkata : “Kami akan membawamu berjalan-jalan menaiki anak unta”.
Laki-laki itu pun menukas : “Apa yang bisa kuperbuat dengan anak unta?”. Beliau berkata : “Bukankah setiap unta adalah anak ibunya?”
(HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya dalam kitab Al-Adab – 92 bab Riwayat tentang Bersendau-Gurau hadits no. 3998 (V : 270) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud III : 943 no. 4180. Dikeluarkan juga oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Birr – 57 bab Riwayat tentang Bersendau-Gurau hadits no. 1992 (VI : 207)).
Atau dalam riwayat lain, ketika ada seorang nenek tua bertanya pada Nabi SAW :
" Ya Rosulullah, apakah aku bisa masuk syurga " Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu menjawab : “Tidak ada perempuan tua yang masuk surga”, lalu nenek itu menangis. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca ayat : “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan “ (Al-Waaqi’ah : 35-36) (HR. Tirmidzi dalam Syamail 240 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ghayatul-Maram 375).
Jadi intinya kita di perbolehkan bercanda, asalkan dalam canda itu tidak ada kedustaan sehingga membuat orang yang mendengarkannya tertawa :
Dalam hadist lain di katakan :
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : “Orang-orang bertanya : ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau juga mengajak kami bercanda?’. Beliau menjawab : ‘Ya, tapi aku hanya mengatakan sesuatu apa adanya (tanpa berdusta) “ (HR. Tirmidzi dalam kitab Al-Birr wash-Shilah – 57 bab Riwayat tentang Sendau-Gurau 1991; dan beliau berkata : “Hadits ini hasan shahih”
Dan Rosulullah SAW sendiri mengancam orang-orang yang bercanda dengan kedustaan, untuk membuat orang yang mendengarkannya tertawa :
Sabdanya : “Neraka Wail bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk melucu (membuat orang tertawa); neraka Wail baginya, neraka Wail baginya “ (HR. Abu Dawud dalam kitab Al-‘Adab – 88, bab Ancaman Keras terhadap Dusta; hadits no. 3990 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud III : 942 no. 4175).
Na´udzubillahi mindzalik.
Jadi dalam bercanda kita juga punya rambu-rambu yang harus di patuhi, bukan hanya mematuhi rambu-rambu lalu lintas saja dan janganlah rambu-rambu ini kita langgar, karena bisa saja rambu-rambu lalu lintas kita langgar lantaran polisi penjaganya tidak ada di tempat, tetapi rambu-rambu dalam islam tidak bisa kita langgar, walaupun tidak ada orang yang tahu, namun polisi dalam Islam tidak pernah tertidur atau mengantuk, bahkan tidak pernah istirahat, DIA yang Maha Kuasa senantiasa menjaga dan melihat kelakuan kita, kita bisa berbohong pada manusia tetapi kita tidak akan pernah bisa berbohong kepada Allah SWT. Apa lagi Allah SWT senantiasa menyuruh para tentaranya menjaga kita, yaitu Malaikat pencatat amal baik dan amal buruk, jadi mana mungkin semua apa yang kita lakukan tidak pernah di ketahui oleh Nya.
Kita senang melihat orang lain tertawa dengan kelucuan yang kita buat, padahal kelucuan dan candaan kita penuh dengan kedustaan, nanti suatu hari Allah akan mempertanyakan semua itu. Dengan di larangnya bercanda yang penuh dengan kedustaan, bukan berati kita tidak boleh bercanda, contohnya saja Rosulullah SAW, beliau pun bercanda dangan para sahabat, candaan yang penuh nasehat dan kecintaan, agar para sahabat tidak merasa jenuh. Juga bukan berarti kalau kita tidak pernah bercanda dengan teman-teman, maka teman-taman jadi akan menghargai kita, itu adalah pemikiran yang salah, justru ketika kita terlihat angkuh dan kurang rilex di depan teman-teman, maka mereka akan beranggapan kita sombong atau terlalu jaga imej, yang akhirnya menjadi pergunjingan yang kurang sedap dan merekapun malas untuk banyak-banyak berbicara dengan kita, lantaran takut salah.
Adakalanya kita mengklaim bahwa dalam berdakwah itu harus tegas dan menunjukkan sikap berwibawa, padahal justru malah sebaliknya, ketika kita terlihat seperti itu, bisa jadi jarang sekali pengikutnya, apa lagi bila kita berdakwah di kalangan orang-orang awam yang masih minim sekali pengetahuan agamanya. Sulit sekali untuk mengajak mereka kalau wajah kita terlihat serius dan angker.
Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Seperti Na'im dia adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya saja, Rasulullah SAW turut tersenyum.
Maka kesimpulannya, Bercanda boleh-boleh saja dalam agama tidak di larang kok, tapi....ada tapinya bercanda harus jujur, tidak di penuhi dengan kebohongan, bercanda tidak boleh keterlaluan apa lagi sampai tertawa terbahak-bahak, karena itu akan mematikan hati.
Seperti dalam Sabda Rosulullah SAW :
Rosulullah Shollallahu 'alaihi wassalam pernah bersabda,
"Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah" (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Wallahu´alam bisshawab
No comments:
Post a Comment