Monday, August 17, 2009

Kebaikan Tetangga

Hari jumat, hari perbaikan gizi. Setidaknya kalaupun kami sering kehabisan bahan pokok, dan kebetulan belum makan, itu tidak kami rasakan pada hari jumat. Soalnya, ada tetangga atas yang selalu mengantarkan makanan hampir setiap jum’at. Mulai dari makanan yang sederhana sampai yang lumayan mewah. Itulah yang kualami dulu semasa tinggal di Qatamea. Kawasan yang terletak di ujung kota Kairo.Namanya juga mashri al jadidah (Mesir yang baru).

Mungkin karena daerah tempat tinggalku itu dulu masih tergolong desa. Belum banyak masyarakat pendatang. Untuk mahasiswa Indonesia, bisa dihitung dengan jari. Hanya beberapa rumah saja. Ada juga orang asing lain, seperti india, bangladesh, nigeria. Tapi mungkin hanya satu dua rumah saja. Ini beda sekali dengan Hay asyir. Saking banyaknya orang Indonesia di sana, hampir tak terasa tinggal di luar negeri. Dan jika dibandingkan, Qatameya dan Asyir, tentu lebih ASRI Qatamea. Kalau Asyir nuansanya sudah perkotaan. Kalau Qatameya masih semi perkotaan. Ya masih keliatan desa. jadi mungkin itulah yang membuat masyarakat disana lebih bersahabat. Tidak kayak di Asyir.

Jumat itu, ahmad kembali mengantar makanan buat kami. Sedikit beda dan mewah, kali ini menunya bukan kusyari (makanan khas mesir) sama ‘isy (seperti roti ), tapi ikan bakar, udang goreng, zabadi (yoghurt) sama halawiyat (manisan). Dapat angin syurga neh, kata ardian, kawan serumahku di sana. Pas kebetulan, jumat itu minggu ke empat. Persediaan bahan makanan sudah habis. Perut kita belum masuk makanan berat. Alias Cuma baru serapan roti-rotian. Nah, sewaktu datang makanan, subhanallah, langsung kami santap. Memang terbaik tetangga atas kita “ucapku, sambil kami menghabiskan makanan.

Lazimnya anak kos, yang namanya nggak makan itu biasa. Kalau persedian lagi kosong, kebetulan yang lain juga lagi nggak ngantongin uang, dan kiriman juga belum datang, jadi lebih sering puasa. Beruntunglah, punya tetangga yang baik kayak Ahmad. Kebetulan lagi butuh, kebetulan ada yang ngasih. Kayak orang ngantuk dikasih bantal. Langsung disambut deh.

Apalagi, kalau waktu bulan ramadhan. Subhanallah, tabiat dermawan orang arab baru kelihatan. Menu rutin hampir tiap hari, makanan berbuka plus sayur mulkhiyah selalu menghiasi menur berbuka kami. Jadi tetangga kami itu, jadwal ngantarnya bukan mingguan lagi melainkan harian. Itu makanya bulan puasa disebut bulan perbaikan gizi.

Minimal yang namanya firakh (ayam panggang) atau ikan panggang menjadi menu harian berbuka. Dan itu, yang nyediakan bukan hanya dari tetangga-tetangga dekat, tapi ada juga muhsinin. Tinggal kita datangi, dan kita ambil. Atau, juga kalau bulan puasa, ma’rufnya itu maidaturrahman. Semacam tempat buka puasa bersama.

Kalau tinggal dirumah seperti itu, nyaman rasanya. Tentu enak bukan, punya tetangga baik. Kami menganggap hidup kos model apartemen ini, walau disekat-sekat dengan flat, tapi sama seperti tinggal serumah. Sekatan pintu, dinding dan jendela tak ubahnya seperti ruangan-ruangan dalam rumah. Terlebih lagi, kami bisa merasakan kehangatan keluarga. Setiap anggota menghormati anggota lainnya. Kalau satu membutuhkan maka yang lain bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

Kejadian yang tak ubahnya dengan antar mengantar makanan sesama tetangga sebenarnya bukan Cuma ada di mesir aja. Tradisi ini bukan Cuma ada di masyarakat arab, masyarakat kita juga sering melakukannya. Yang saya tahu itulah yang pernah dilakukan ibu saya semasa kami beberap kali tinggal di rumah yang berbeda, dan punya tetangga yang beda pula.

Semasa SD dulu, hal yang paling senang buat saya, saat-saat banyak makanan. Mungkin itu juga yang disenangin oleh anak-anak kebanyakan. Makanya ibu saya lebih sering membuat makanan. Lebih hemat pikirnya, ketimbang kami harus sering jajan di luar. Dan lebih terjamin. Kalau ada makanan, pasti ibu saya menyisihkan sepiring buat tetangga. Dan yang juga bikin lebih asyik ketika itu, biasanya piring antaran kita berisi lagi dengan makanan yang beda. Pernah sesekali, saya mengantarkan bubur ke tetangga dan kembalinya piring itu berisi jeruk. Asas timbal-balik yang sebenarnya bukan diharap-harap, tapi begitulah. Namanya tradisi, jadi kalau orang berbuat kebaikan kepada kita, ada rasa untuk berbuat sama kepadanya.

Kalau dipikir-pikir, hal seperti ini kelihatannya sepele. Apalah artinya sepiring makanan buat tetangga. Apalagi mungkin, tetangganya lebih kaya dan biasa makan lebih enak. Namun, justru itu lebih bermakna dari pada tidak sama sekali. Sebab, tidak semua pemberian diniliai dari banyak atau tidaknya, melainkan dari ketulusan orang yang memberi. Itu yang paling berharga bagi yang menerima. Dan bukan hanya itu, rasa berbagi juga akan lebih mengeratkan jalinan kemasyarakatan. Kalau kata nabi, saling beri hadiahlah maka kamu akan saling mencintai.

Memberi makanan juga cerminan kadar iman seseorang. Berbuat baik pada tetangga, seperti mengantarkan makanan, walau cuma sedikit membuktikan iman kita pada Allah dan hari kiamat. Apa yang dilakukan nabi dengan selalu membagikan makanan pada tetangganya yahudi mengisyaratkan agar kita bisa berbuat baik pada sesama tetangga. Sampai-sampai beliau mencela orang yang bisa tertidur pulas akan tetapi tetangganya kelaparan. Itulah akhlak bertetangga.

Bukankah orang terdekat selain anggota keluarga yang ada dirumah, adalah tetangga. Jika sikap bertetangga dibina sebagaimana kita bersikap terhadap keluarga maka dengan sendirinya masing-masing kita merasa seperti keluarga. Dan wajar, kalau-kalau ada terjadi sesuatu pada kita, biar kata kita memiliki sanak saudara yang banyak tapi berjauhan, maka tetanggalah yang menggantikan posisi mereka.

Coba bayangkan, jika bangunan masyarakat kita dibina atas dasar persudaraan seperti ini. Mungkin tidak ada lagi rasa hasad, dengki antar setiap anggota keluarga. Suasana keakraban pun selalu terjalin. Tanpa harus diminta, dengan senang hati tetangga akan membantu apa yang kita butuhkan. Karena tidak setiap saat kita bisa berharap pada sanak famili yang ada. Benar, mereka adalah orang-orang terdekat bagi kita. Namun, saat terjadi sesuatu pada diri kita di rumah, maka saat itu tetanggalah orang yang paling dekat dengan kita.

No comments:

Post a Comment