Marah tidak menyalahi undang-undang dan Hak Asasi Manusia (HAM). Tetapi justru bisa menggelincirkan kita ke neraka!
“Huh, sebel!,” kalimat seperti itu, mungkin sering juga terjadi diantara kita semua. Sebel, dongkol dan marah. Entah kepada saudara, anak, teman, antara atasan dan bawahan kita di kantor atau antara pembantu dan majikan.
Bahkan terkadang pula, kemarahan yang kita keluarkan tidak dengan cara-cara semestinya dan jauh diluar kewajaran. Mengumpat, mengeluarkan kata-kata kotor, mencela, menghina, atau bahkan mengeluarkan aib seseorang yang sedang kita jadikan sasaran kemarahan kita.
Sebagian orang mengatakan marah adalah manusiawi. Karena marah adalah bagian dari kehidupan kita. Tapi siapa sangka, sifat marah justru menimbulkan penyakit. Bahkan yang lebih bahaya, marah justru mendapat ancaman neraka. Masyaallah!
Nah, baru-baru yang lalu, seorang peneliti dari Yale University di New Heaven, Connecticut (AS) mengatakan, akibat marah seseorang bisa mengalami serangan jantung. Ini setelah irama organ tubuh vital ini berdetak terlampau cepat atau dengan ketinggian mematikan. Akibat kemarahan itu, jantung berhenti mensirkulasi darah yang bisa membuat si pemilik jantung meninggal secara tiba-tiba.
“Kondisi tersebut diperlihatkan dalam cara berbeda saat Anda berada dalam kondisi tertekan yang memicu kematian mendadak,” kata dr Rachel Lampert.
Lampert dan kolega-koleganya melakukan riset terhadap 62 pasien jantung dan menggunakan alat getar jantung yang dilekatkan ke tubuh mereka atau disebut ICD. ICD bisa mendeteksi irama jantung atau “arrhythimia”, yang mengantarkan kejutan listrik guna memulihkan detak jantung normal.
Tapi mengapa orang marah mudah terkena penyakit? Itu karena di dalam darah orang marah terkandung banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya ya itu tadi, denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini yang mengakibatkan penyakit mudah datang.
Jika marah menimbulkan tekanan jantung sih mungkin bisa dimaklumi. Tapi jika marah bisa diancam dengan neraka, itu kelewat seram dan mengerikan. Tapi itu memang benar.
Dari Abu Hurairah, diceritakan, suatu hari ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berkata;
عــن أبـي هـريـرة رضي الله عــنـه ، أن رَجُــلاً قـــال للـنـبي صلى الله عـلـيـه وعلى آله وسـلـم:
أَوْصِــنِي .قال :( لاَ تَغْضَبْ ) فَرَدَّدَ مِرَارًا ، قال : ( لاَ تَغْضَبْ
رواه البخاري [ رقم : 6116 ].
(Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat kepada saya. ” Rosulullah bersabda, “Jangan marah!” Kemudian orang itu mengulang-ulang permintaannya. Rasulullah tetap menjawab, “Janganlah marah!).”[HR Bukhori]
Amarah adalah karunia Allah. Yang jadi masalah adalah, bagaimana marah yang bisa membawa barokah dan bagaimana yang mendatangkan malapetaka. Kata Rasulullah, amarah itu seperti jadam yang merusak manisnya madu. Sekuat apapun keimanan seseorang kalau dia pemarah bisa merusak keimanannya.
Sebagian kita memiliki beberapa karakter menyangkut kemarahan. Ada yang lambat marahnya, ada pula yang cepat marahnya alias tipe ‘sumbu pendek’. Ada pula yang mudah marah tapi ia mudah reda. Sebaliknya ada pula yang memiliki sifat tidak mudah menghapus amarah alias lama dan tak gampang reda jika marah. Bahkan sampai-sampai terbawa dendam. Yang terakhir ini adalah sifat paling buruk. Sifat yang paling baik adalah lambat marahnya dan cepat redanya.
Allah tak segan memberi ganjaran luar biasa di neraka bagi orang-orang yang suka marah. Sebaliknya, akan memberi hadiah setimpal berupa surga bila ia bisa menahan dan mengendalikan amarah nya. “Laa tahdzab wa lakal jannah,” kata Rasulullah. (Janganlah marah bagimu surga).[HR. Buhari].
Menahan diri
"Dari Mu'adz bin Anas Al Juhani, Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang menahan amarahnya sedangkan ia mampu untuk mewujudkannya, Allah akan menyebutkan dan memujinya pada hari kiamat kelak di hadapan seluruh makhluk, hingga dia diberi pilihan untuk mengambil bidadari mana saja yang ia kehendaki" [HR. Tarmidzi , Abu Daud dan Ibnu Majah].
Tak ada manusia yang tak memiliki sifar amarah berapapun kadarnya. Hanya saja, seberapa jauh, masing-masing memiliki kemampuan menahan dan mengendalikannya. Rasulullah mengatakan, orang yang dapat menahan amarahnya, maka Allah akan menjauhkannya dari murka-Nya.
Sang Hujjatul Islam, Syeikh Imam al-Ghazali, dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin nya pernah berkata, “Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa menahan dirinya.”
Nah, kepada mereka yang mampu menahan rasa marah, Rasulullah mengatakan, “Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi].
Salah satu cara menahan amarah adalah dengan diam. Rasulullah pernah berkata, “Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam.” [HR. Ahmad].
Cara lain menahan amarah kata Rasulullah adalah membaca ta`awudz: “Inni La a’lamu kalimatan, lau qaa lahaa dzahaban anhu, maa yajidu, lau qaa la: A’uddzu billahi minasy syaithonir rojim.” (Saya tahu suatu kalimat yang jika diucapkan seseorang, tentulah akan dapat memadamkan nafsu amarahnya. Yaitu, A’uddzu billahi minasy syaithonir rojim). [al hadits]
Tips Menghindari Amarah
1. Nabi menganjurkan membca ta`awudz. “A’uddzu billahi minasy syaithonir rojim.” [Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk).
2. Diam atau tak bicara guna menjaga ucapan kita. “Apabila diantara kalian marah maka diamlah.” Beliau ucapkan tiga kali. [HR. Ahmad] )
3 . Berwudu. "Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila di antara kalian marah, berwudulah" (H.R. Ahmad).
Thursday, August 13, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment