Saya teringat ceramahnya aa Gym. soal mencari rezeki, sama seperti anak bayi yang sedang lapar. Anak bayi, yang belum bisa apa-apa, ngomong tidak dan berjalan juga tidak tapi waktu ia lapar, ia bisa mendapatkan makanannya. Si bayi yang lapar tadi, jika berpikir kan ASI adalah rezekinya, terus diam aja. Padahal lapar, mungkin ia bisa lapar terus. Tapi kalau dipikir, si bayi belum bisa ngomong, untuk bilang lapar kepada ibunya, juga belum bisa jalan untuk nyamperin sang ibu. Tentukan sangat kerepotan kalau dia butuh makan. Tapi, ternyata tidak. Dia ingat ada potensi yang bisa digunakan. Yaitu teriakkannya. Otomatis, kalau si bayi teriak maka si ibu langsung datang dan memberinya ASI.
Contoh kecil itu menandakan bahwa yang namanya rezeki harus dicari. Memang kata orang, kayak yang di bilang pak MZ, rezeki itu laksana bayangan. Didekati kadang lari, eh didiami malah datang sendiri. Aneh memang. Tapi itulah kenyataanya. Cuman bukan berarti cukup dengan duduk-duduk bisa dapat rezeki. Ya kalaupun ada, tapi itu hanya satu banding berapa. Dan itu tidak setiap hari. Kalau orang Cuma modal yakin terus tidak ada usaha, enak dong. Tidak perlu yang namanya kerja. Bahkan, kalau ada yang bilang cukup banyakin ibadah dan tawakal, terus rezeki ngalir, mungkin dulu rasul gak perlu dagang. Tapi nyatanya, beliau berusaha, berdagang dan menganjurkan sahabat-sahabatnya untuk mencari rezeki yang halal.
Nabi-nabi yang lain juga begitu. Mereka kerja, untuk keperluan hidupnya. Nabi adam AS misalnya, belia bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhannya. Nabi idris sebagai tukang jahit, nabi nabi nuh sebagai tukang kayu, nabi musa sebagai pengembala. Begitu juga salafuna ashalih yang ibadahya jauh lebih baik dari kita. Mereka bekerja untuk mendapatkan rezeki. Tidaklah karena keshalehan seseorang lantas Allah swt menurunkan sekarung emas dari langit untuknya.
Sungguh, lebih mulia dimata Allah, seorang hamba yang membawa tali, memikul kapak kemudian melangkah ke hutan lalu mencari kayu, dan kayu itu di jual sehingga menghasilkan uang, itu lebih baik daripada mereka yang Cuma berpangku tangan mengharap hujan emas turun dari langit.
Tidaklah benar,tawakal sebelum berusaha. Kalau ada yang bilang, rezeki adalah urusan Allah aku serahkannya semua kepadaNya. Tapi ia tidak bekerja, tidak berusaha untuk memperoleh rezeki tersebut, maka ini bukanlah tawakal melainkan pasrah. Dan wajar kalau ia tidak bisa memperoleh rezeki yang diinginkan. Karena miskin atau kaya seseorang adalah takdir. Dan dalam menyikapi takdir diperintahkah agar tidak melupakan sebab akibat. Ya, kalau mau kaya maka kerja. Sebalikna, orang yang tidak kerja maka mustahil akan kaya.
Untuk sebuah jawaban yang pasti, adalah usaha. Bukan semata angan-angan sampai berujung menempuh jalan yang salah. Hanya dengan waktu singkat,maka apa yang diinginkn bisa didapat. Ini kebanyakan yang membuat orang buta dengan kebenaran. Sehingga kalau rezeki itu berupa harta, maka ia tidak segan untuk memakan harta orang lain dengan bathil. Wal hasil, yang timbul adalah persengketaan terhadap sesama.
salam ukhuwah
No comments:
Post a Comment