Untuk mencapai kualitas kesempurnaan hidup dan Ibadah kita, minimal ada 3 kesadaran yang – mau tidak mau, suka atau terpaksa -- harus mampu kita munculkan didalam setiap langkah kehidupan kita. dan inilah indikator wujud kematangan ruhani seseorang :
1. Untuk mencapai kualitas ibadah yang lebih baik, hendaknya kita bisa memunculkan sebuah "kesadaran bahwa Allah dekat" dengan kehidupan kita, kesadaran bahwa Allah selalu memonitor setiap gerak kita, Allah pasti mendengar setiap ucapan kita, dan bahkan Allah Maha tahu akan segala sesuatu yang tersembunyi dalam benak dan bathin kita semua. Tidak ada sesuatu pun diatas dunia ini yang samar apalagi luput dari pantauan Allah ( QS. Ibrahim ; 38 )
Orang yang memiliki kesadaran ini, maka dampak dan imbasnya akan segera terasa, ketika shalat, maka shalat yang ia kerjakan pasti akan berkualitas, Nabi bersabda:
صَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍٍ فَإِنَّهُ إِنْ كُنْتَ َلا تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
“ shalatlah engkau dengan shalat perpisahan, ( apa itu shalat perpisahan ) yaitu sebuah kesadaran bahwa jika engkau tidak bisa melihat-Nya maka yakinlah Allah pasti melihatmu “
( HR. Thabrani dari Ibnu Umar ).
dengan kesadaran itulah maka ruku’nya menjadi tertib, sujudnya thuma’ninah, bacaannya tartiil, tahiyyatnya merasuk sukma, dan pada klimaksnya, orang yang seperti ini, hidupnya akan semakin tertata indah. Lebih jauh dari itu, orang yang memiliki kesadaran bahwa Allah dekat dalam hidupnya, maka hidupnya hari demi hari akan semakin berkualitas, muncullah sebuah kesadaran “Muroqobah“, semakin berhati hati dalam bersikap, semakin mawas diri dan memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi, kenapa demikian, karena pengawasan yang dirasakan oleh orang seperti ini bersumber kepada Allah Dzat Yang Maha Menatap setiap kehidupan. Setiap kebaikan yang ia lakukan bukanlah karena ada sahabat yang melihat, bukan karena atasan yang menyaksikan, dan juga bukan karena ada orang yang memandang. Tapi sekali lagi, itu semua muncul karena ia sadar bahwa Allah selalu memantau setiap detak dan detik kehidupannya.
2. Hidup dan ibadah kita akan semakin berkualitas jika kita memiliki kesadaran bahwa "ibadah yang kita lakukan itu adalah kebutuhan ruhani" setiap kita. Kesadaran seperti ini akan menggiring kita untuk merasa butuh shalat seperti halnya kita butuh makanan, kita akan merasa butuh puasa seperti halnya kita butuh minuman, kita butuh zakat sama seperti halnya jasmani kita butuh refreshing (penyegaran), dan memang untuk tujuan itulah Allah hadhirkan Agama bagi manusia. Paket Rukun Islam yang kita jalankan, Shalat, puasa, hajji, zakat dan perbuatan perbuatan baik lainnya, hakikatnya adalah merupakan santapan bagi ruhani, makanan bagi jiwa kita, penyegar dahaga bathin, jadi jika demikian adanya, maka semakin sering kita berbuat baik, semakin sering kita shalat, semakin sering kita berpuasa, semakin sering kita beribadah dalam manifestasii yang seluas luasnya, maka secara otomatis akan semakin sehatlah ruhani kita, semakin subur pulalah tanaman Iman kita. Saudaraku sekalian, disamping itu, dalam sebuah ayat Allah telah mengingatkan kepada kita :
“ Barangsiapa berbuat kebaikan maka ( dampak kebaikan itu ) kembali kepada dirinya, dan barangsiapa berbuat kejahatan maka efek kejahatan itupun akan berimbas atas dirinya “ ( QS. al- Jaatsiyah ; 15 )
Mari kita lihat kebenaran wahyu Allah ini, bukankah ada kebahagiaan bathin yang tak terlukiskan dengan kata kata ketika kita bisa membuat orang lain bahagia, sebaliknya, bukankah ketika kita berbuat keburukan seperti meninggalkan shalat misalnya hati kita menjadi gelisah, jiwa kita bertambah resah, bukankah kalau kita kikir dan bakhil, enggan dan segan mengeluarkan zakat, maka tidak cuma Allah yang akan menjauhi kita tapi semua orang akan ikut membenci kita, siapa yang mau membantu orang kikir yang sedang tertimpa kesulitan ,,,?. Kesadaran seperti inilah yang harus segera kita bangun, guna tercapainya peningkatan kwalitas amal Ibadah.
3. kualitas hidup kita akan semakin meningkat jika kita memiliki "kesadaran ada akhirat" setelah dunia. Hadirin sekalian, manusia yang visi dan orientasinya jauuh kedepan, yang menyadari bahwa setelah kita mati nanti akan ada hari perhitungan, akan ada hari penghisaban, maka dalam menghadapi hidup yang penuh dengan goncangan ini, mereka pasti akan lebih tegar dan tetap stabil ( tetap konsisten dengan prinsip hidupnya ), ketika ia sukses dalam semua urusan dan –katakanlah– ia menjadi orang kaya, ia pasti tidak akan lupa diri dan lupa daratan, ia akan sadar bahwa harta itu cuma titipan, ia juga sadar bahwa hidup yang sebenarnya bukan disini, bukanlah didunia ini tapi di akhirat nanti, bahkan saya percaya, orang yang meyakini akan kehidupan sesudah mati, ketika ia kaya maka akan ia gunakan kekayaannya itu, akan ia manfaatkan kesuksesannya itu untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih sejati, di Negeri keabadian nanti. Namun sebaliknya, jika ia gagal dalam hidup ini, maka orang seperti ini tidak akan mudah kecewa, tidak akan gampang frustasi apalagi sampai bunuh diri, kenapa demikian, karena ia masih punya harapan, bahwa masih ada kebahagiaan pada episode kehidupan berikutnya, kalau sekarang saya gagal dalam kehidupan dunia ini, kenapa harus resah, bukankah masih ada surga dan para bidadari yang sudah menanti. Allahu Akbar.
renungan buat kita sekarang adalah, kenapa kita korbankan kepentingan jangka panjang hanya untuk kesenangan jangka pendek, mengapa kita musnahkan kebahagiaan abadi hanya untuk kesenangan sesaat di dunia ini, ingatlah bahwa Allah telah berfirman :
“ Ketahuilah oleh kalian !, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, tipudaya, perhiasan dan berbangga bangga diantara kalian,,, “ (al- Hadid : 20).
Saudaraku, genggam dunia dan gapailah cita...! namun ingatlah ! GAPAI semua itu dengan tanpa mengorbankan kehidupan akhiratmu. wallohu a'lam. Semoga bermanfa'at.
Monday, July 6, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment