Thursday, July 23, 2009

Batas Kezaliman

“ Sesungguhnya Allah SWT tak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang – orang yang berbuat kerusakan. Dan Allah SWT akan mengokohkan yang benar dan ketetapan-Nya walaupun orang – orang yang berdosa tidak menyukainya.” ( QS Yunus : 81 – 82 ).

Wahai semua pejuang kebenaran, inilah kabar gembira, bahwa setiap kemungkaran dan kemaksiatan ada batasnya. Sejarah manusia membuktikan bahwa runtuhnya kezaliman demi kezaliman, sekuat apapun dia, hanya soal masa.

Ada Fir’aun di era nabi Musa as, hampir semua orang menyembahnya. Namun, kekuasaanya lenyap sekejab ditelan air laut, berikut ketuhanannya. Sekarang banyak pemimpin zalim, tapi tak ada yang sampai menuhankannya. Bahkan, rakyat mengkritik dan mencercanya. Logikanya sederhana : kesewenang – wenangan mereka juga akan musnah dengan segera.

Hal ini serupa dengan yang terjadi pada kaum ‘Ad, Tsamud, Sodom, Al Hijr dan sebagainya. Mereka bisa membangun rumah di gunung dan bukit yang tak dapat di tiru oleh generasi setelahnya. Toh, semuanya akan sirna.

Kita juga bias bercermin pada riba. Teori menyatakan uang akan meningkat tanpa bekerja.
Orang – orang tertentu dapat segera menjadi kaya – raya. Tapi itu semua terbukti membangkrutkan Negara. Andaikan tiada korupsi dan penyelewengan kekuasaan, yang dibiarkan berlalu seiring berotasinya bumi, tentulah semua ini yang akan menyemai riba dan memelihara berbagai sarananya, akan jatuh miskin dan menderita.

Firman Allah SWT, “ Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan berbuat dosa.”
( QS Al – Baqarah : 276 ). Terbukti, sebagai kezaliman yang nyata, bunga dan sejenisnya ada batasnya.

Adapun kezaliman itu, siapapun pelakunya, seberapa banyakpun pendukungnya, semuanya akan musnah tak tersisa. Ambruk di dunia, dan remuk redam di akhirat. Itu takdir Allah SWT, itu hukum alam Sunatullah bagi siapa saja.

“ Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nantikan melainkan ( Berlakunya ) Sunnah ( Allah SWT yang telah berlaku ) kepada
orang – orang yang terdahulu. Mereka sekali – kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi Sunnah Allah SWT, dan sekali – kali tidak ( pula ) akan menemui penyimpangan bagi Sunnah Allah SWT itu ( QS Faathir : 43 ).

Ironisnya, masih banyak orang tertawa ketika melakukan perbuatan dosa. Ada yang bangga ketika meminum minuman keras dan berbuat kemungkaran lainnya. Mereka tiada malu melakukan
suap – menyuap, korupsi dalam menggarap asset rakyat dan Negara. Bahkan mereka bergembira bisa melakukan Kolusi, walaupun rakyat bertambah menderita karena kenaikan harga.

Tidak pernah ada kesedihan, padahal mereka belum berhasil mensejahterakan rakyat. Seolah – olah tiada takut memikirkan pertanggung jawaban amanah nanti di akhirat nanti. Padahal, semua kezaliman akan sirna. Sementara kita tidak hidup, kecuali akan terus menghampiri ajal kita.
Wallahu’alam Bishawab..

No comments:

Post a Comment