Perkara yang sudah hilang dari kaum muslimin atau umat Islam secara umum amat banyak sekali. Baik yang kita sadari atau tidak. Tapi yang kita dengar selama ini, karena sering dibicarakan, yang selalu saja disebut oleh para pemimpin, ulama, pendakwah, penceramah, para pejuang Islam ialah ilmu pengetahuan. Hingga hampir semua umat tahu. Bahkan mengakui bahwa umat Islam telah kehilangan ilmu pengetahuan, yang satu ketika dahulu umat Islam membawa ilmu dan menguasainya di berbagai bidang.
Umat Islam pernah menguasai ilmu falsafah, sains, kedokteran, ilmu falak, geografi, sejarah, matematik, selain dari menguasai ilmu yang bersumber Al Quran dan Hadis. Lahirlah pakar-pakar Tauhid, pakar Fiqih, pakar Tasawuf, pakar Tafsir, pakar Hadis, pakar Sejarah dan lain-lain.
Di waktu itu umat Islam menjadi mahaguru dan tempat rujuk dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk seluruh bangsa di dunia, bahkan bangsa-bangsa Eropa pun berdatangan ke negara umat Islam karena mempelajari ilmu pengetahuan di pelbagai bidang. Ilmu yang dimiliki, dikembangkan dan dikuasai oleh orang-orang Barat dan Amerika sekarang ini, asalnya adalah warisan ilmu yang pernah dimiliki oleh umat Islam. Kemudian mereka memperdalam, memperluas, dan mengembangkannya hingga mereka telah menjadi mahaguru kepada bangsa-bangsa di dunia. Termasuk umat Islam, terpaksa belajar kembali pada mereka.
Memang rata-rata umat Islam mengetahuinya dan mengakui kehilangan ilmu pengetahuan karena ia sering disebut-sebut di dalam ucapan dan tulisan. Perlu diingatkan bahwa apakah ilmu saja yang hilang dari umat Islam? Apakah tidak ada perkara-perkara lain yang hilang dari umat Islam? Yang perlu bahkan sebagiannya wajib kita mencarinya?
Yang sebenarnya banyak perkara-perkara yang telah hilang dari umat Islam. Sebagian darinya wajib bagi kita untuk mendapatkannya kembali karena ia perkara yang amat berharga. Demi keselamatan kita di dunia, lebih-lebih lagi di Akhirat. Saya akan nyatakan secara umum, apa-apa yang telah hilang dari umat Islam itu, ia boleh dibagi menjadi dua kategori:
Pertama: Kehilangan secara khusus
Kedua: Kehilangan secara umum
PERTAMA :
Perkara-perkara yang hilang dari kaum muslimin atau umat Islam secara khusus
Di antaranya ialah:
Hilangnya keadilan dari pemimpin atau pemerintah dan juga kasih sayangnya.
Hilangnya sifat berani dari para alim ulama juga kasih sayang dan nasihat-nasihatnya serta sifat zuhudnya.
Hilangnya sifat malu dari kaum wanita.
Hilangnya sifat sabar dari fakir miskin.
Hilangnya sifat pemurah dari orang kaya.
Hilangnya sifat tawadhuk dari golongan atas.
Hilangnya ilmu pengetahuan dari ahli ibadah.
Hilangnya sifat lemah lembut dan kebijaksanaan dari para-para pejuang Islam.
Hilangnya sifat bijaksana dan lemah lembut dari para pendakwah.
Hilangnya rasa khusyuk dari orang yang bersembahyang.
Hilangnya sifat amanah dari orang yang diberi tanggungjawab.
KEDUA:
Perkara-perkara yang hilang dari kaum muslimin atau umat Islam secara umum.
Di antaranya ialah:
Hilangnya ilmu pengetahuan.
Hilangnya kepemimpinan bertaraf empayar atau sejagat.
Hilangnya akhlak dan budi pekerti yang mulia.
Hilangnya ukhuwah dan kasih sayang
Hilangnya rasa cemburu terhadap agama dan terhadap kaum wanitanya.
Hilangnya perpaduan dan kesatuan umat Islam.
Hilangnya rasa bertuhan atau rasa tauhid.
Hilangnya rasa cinta kepada Akhirat.
Hilangnya rasa takut kepada Tuhan atau dengan dosa.
Hilangnya rasa tawakal.
Hilangnya rasa qana'ah.
Hilangnya sifat redha.
Hilangnya sifat sabar.
Hilangnya sifat tenggang rasa.
Hilangnya persahabatan di kalangan kaum muslimin.
Hilangnya sifat taat dan setia dari pengikut terhadap pemimpin.
Kehilangan peradaban Islam.
Kehilangan undang-undang dan perlembagaan Islam.
Inilah secara garis besar apa yang telah hilang dari umat Islam baik itu yang bersifat khusus maupun bersifat umum. Kalau begitu keadaannya, artinya umat Islam itu secara umum telah menjadi miskin dalam semua hal. Miskin di segi material, miskin dari segi moral, miskin bersifat dunia maupun miskin bersifat akhirat. Miskin yang bersifat maddi (materi) maupun yang bersifat maknawi dan rohani.
Karena itu kita memerlukan satu perjuangan yang bukan main-main kalau kita ingin mengembalikan sesuatu yang hilang dari umat Islam tersebut, agar umat Islam dapat memilikinya kembali. Memerlukan satu perjuangan yang gigih. Memerlukan pengorbanan apa saja. Memerlukan satu perjuangan yang tersusun dan berdisiplin. Memerlukan pemimpin yang dapat menjadi contoh terutama ketaqwaan dan ilmu serta kepemimpinannya. Memerlukan ketaatan dan kesetiaan para pengikut. Memerlukan perjuangan yang terus-menerus tanpa henti-henti. Memerlukan kebijaksanaan. Memerlukan role model di kalangan para pejuang dan pemimpin-pemimpinnya.
Pada hari ini, oleh karena umat Islam memandang serius bahwa yang hilang itu adalah ilmu pengetahuan, maka dalam memperjuangkan ilmu pengetahuan nampak agak ada kesungguhan. Walaupun belum sampai ke tujuannya tapi dengan sedihnya dan amat malang sekali perkara-perkara yang lain selain ilmu pengetahuan tidak dirasakan hilang atau mungkin terasa juga kehilangannya tapi tidak dianggap penting seperti pentingnya ilmu pengetahuan. Maka usaha dan perjuangan untuk mengembalikan perkara-perkara lain yang hilang selain ilmu pengetahuan mendapat sedikit perhatian atau tidak begitu serius dalam memperjuangkannya. Lantaran itu perkara-perkara yang lain selain ilmu pengetahuan amat payah untuk dikembalikan atau sangat susah hendak dicari lagi karena umat Islam memandang perkara-perkara yang lain tidak begitu penting sehingga usaha mengembalikannya tidak begitu serius. Bahkan sebagian umat Islam tidak ambil pusing sama sekali mengenai akhlak, ukhuwah dan lain-lain. Umat Islam sudah tidak lagi merasa kehilangan iman, kehilangan akhlak, kehilangan sifat pemurah, kehilangan sifat sabar, kehilangan sifat redha, kehilangan kesatuan dan perpaduan, kehilangan sifat tenggang rasa dan lain sebagainya.
Sebagai contoh:
Jika seorang anak atau murid tidak lulus dalam ujian maka ibu atau bapak atau guru akan marah, susah hati, dan risau. Kemudian guru atau ibu bapak akan memberi berbagai nasihat. Berbagai cara dan tekanan dilakukan agar murid itu atau anak itu lulus di masa yang akan datang. Guru atau ibu bapak sangat memusingkan pelajar atau anak yang tidak lulus tadi. Tapi kalau dia tidak bersembahyang atau tidak berakhlak, guru atau ibu bapak tidak pun merasa susah hati. Tidak pula bising, tidak pula memberi nasihat, memberi ingatan serta memberi berbagai cara dan tekanan agar dia bersembahyang atau berakhlak. Kalaupun guru atau ibu bapak tidak senang tapi rasa tidak senang itu tidak serius, tidak begitu menekan perasaan.
Begitulah seterusnya golongan-golongan lain. Tapi kalau ilmu pengetahuan, semua golongan ambil berat; semua golongan meributkannya, semua golongan turut campur. Semua golongan ambil perhatian. Kalau mundur, semua golongan susah hati. Kalau berjaya atau cemerlang semua golongan suka atau gembira.
Mengapa terjadi demikian? Karena ilmu hendak mereka jadikan alat untuk mendapatkan keuntungan dunia. Tapi sembahyang, akhlak, iman, taqwa, mereka pikir tidak ada hubungan dengan kepentingan atau keuntungan dunia. Kalau begitu, coba gambarkan betapa sulitnya kita hendak mengembalikan sesuatu yang hilang selain dari ilmu pengetahuan. Karena umat Islam memandang kehilangan itu semua tak merugikan. Kalau dapat pun mereka menganggap tidak memberi keuntungan apa-apa. Begitulah rusaknya jiwa dan cara berpikir umat Islam pada hari ini.
Pada hal kekuatan umat Islam, survivalnya, kemerdekaannya, kedaulatannya, kemajuannya, kejayaannya, kebahagiaannya, keharmonisannya, bukan ditentukan oleh faktor ilmu semata-mata. Tapi ditentukan oleh semua faktor tadi. Karena demikian, kita umat Islam wajib berusaha dan berjuang untuk mengembalikan semua yang hilang itu agar menjadi milik kita kembali. Di sanalah terletak semua kemuliaan kita.
Thursday, July 23, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment