Ketika dia mendadak menemukan tas kulit yang selalu berada di sampingnya itu lenyap, dia terkejut sekali hingga berkeringat dingin. Uang dan kartu kredit yang berada di dalam tas itu masih termasuk urusan kedua, masalah yang terpenting adalah buku panduan impor-ekspor serta surat tanda terima bukti pembayaran pajak, jika surat-surat penting ini hilang, maka akan menimbulkan kerugian yang berjumlah besar bagi perusahaan tempat dia bekerja.
Dia sangat gelisah dan gugup, berjalan dengan langkah gontai ke kantor polisi setempat untuk melaporkan peristiwa ini. Kemudian dengan tak dapat menahan kesabaran dia menyewa tiga orang, membawa papan yang bertuliskan "Hadiah sepuluh ribu dollar bagi orang yang menemukan surat tanda terima yang berada di dalam tas kulit berwarna coklat", mondar-mandir berjalan di dalam bandara udara.
Papan itu bagaikan cermin pengumpul sinar, pandangan mata dari para turis yang berada di dalam gedung itu semuanya tertuju pada papan itu. Dia beranggapan bahwa dengan hadiah yang besar pasti akan memunculkan keajaiban.
Sinar matahari sedikit demi sedikit pudar, hatinya juga makin mencekam. Saat itu ada sebuah telepon dari kantor polisi setempat yang mengatakan, ada seseorang yang menemukan tas kulitnya. Dengan bergegas ia menuju ke sana.
Ternyata tas kulit itu memang benar punya dia! Dia berteriak gembira, tetapi saat dia membuka reseleting tas kulit itu, dia menjadi tercengang karena dalam tas itu kosong melompong. Kepalanya bagaikan disiram seember air dingin, harapan yang berada di dalam hatinya dengan sekejap telah padam, dia sangat cemas dan gelisah, tak dapat menahan tetesan air matanya.
Orang yang menemukan tas kulitnya itu adalah seorang anak remaja yang kira-kira berusia 16 hingga 17 tahun, berpakaian lusuh dan kotor, ekspresi anak itu acuh tak acuh.
Polisi berbisik padanya,"Anak remaja ini setiap hari berkeliaran di dalam gedung memungut sampah. Tempo hari, dia berkata telah menemukan dompet, yang akan dikembalikan kepada pemiliknya. Tidak disangka pemilik barang berkata, anak remaja inilah yang berputar-putar di tempat di mana dia sedang duduk, selang beberapa saat kemudian dompetnya lenyap. Pemilik bersikeras menuduh anak inilah yang mencuri dompetnya. Akhirnya pemilik dompet itu bukan hanya tidak memberikan uang hadiah, malah meminta anak itu mengganti kekurangan uang di dalam dompet itu, bahkan pemilik dompet bertindak sangat kasar kepada anak tersebut."
Polisi itu memandang ke arah anak remaja tersebut lalu berkata, "Saya curiga kali ini dia melakukan siasat yang sama, apakah perlu kami interogasi dulu anak tersebut, melihat apakah ada yang harus dicurigai?"
Dia segera menggeleng-gelengkan kepala, meskipun dahulu anak remaja tersebut mungkin berkelakuan tidak baik, dia juga tidak ingin dalam keadaan yang tanpa bukti apa-apa, mencurigai dan menduga ketulusan hati anak remaja tersebut. Mungkin anak remaja tersebut telah menduga isi percakapan polisi dengan nona itu, wajah anak remaja itu merah padam, menggigit erat bibir bawah, ekspresi wajahnya penuh dengan amarah, dengan membela diri dia berkata, "Saya menemukan tas itu, bukan mencuri."
Dia bergerak maju ke depan, menjongkokkan tubuh, menarik tangan anak remaja tersebut, serta menepuk-nepuk pundak anak itu lalu berkata, "Adik kecil, kakak percaya denganmu, walaupun dirimu hanya mengantarkan tas kosong, saya juga berterima kasih kepadamu."
Dia menanti terus hingga hari mulai petang, keajaiban apapun juga tidak terjadi, dengan lesu dan putus asa dia berjalan pulang, rembulan malam dingin bagaikan air, dinginnya membuat hatinya menggigil.
Mendadak, dari arah sebelah belakang muncul seseorang, menyelipkan sebuah tas plastik ke dalam dadanya, kemudian membalikan tubuh berlari dan menghilang di dalam sebuah gang yang gelap.
Saat dia tersadar kembali dari ketakutan dan keterkejutan, dengan sangat heran dia menemukan, isi dari tas plastik itu adalah surat-surat penting yang selama ini membuat dia cemas dan gelisah, surat tanda terima yang ingin ditebusnya dengan uang sebesar sepuluh ribu dollar.
Kecuali uang tunainya, semua surat-surat penting telah dia terima kembali, masih ada secarik kertas yang dilampirkan, kertas tersebut tertulis:
Pernah, saya menyerahkan dompet kepada pemiliknya, tapi malah dituduh sebagai pencuri, hati manusia itu kejam dan jahat, saya sangat menyesal sekali mengapa dompet itu saya kembalikan kepada pemilik itu.
Oleh karena itu, ketika sore tadi saya menemukan sebuah tas lagi, saya serahkan tas kosong terlebih dulu, untuk melemparkan batu menanyakan jalan. Seandainya Anda juga memfitnah saya, maka surat-surat itu lebih baik saya sobek di depan mata Anda.
Namun tak disangka, Anda bukan saja mempercayai saya, malah menjabat tangan saya yang kotor ini. Hadiah berupa uang imbalan tidak akan saya terima, tetapi sebenarnya Anda telah memberikan hadiah yang lebih berharga daripada uang, yaitu menghargai dan menaruh kepercayaan, dua hadiah ini saya terima dan saya juga berterima kasih kepada Anda.
Mohon Anda percaya, ketika saya menemukan tas Anda, di dalamnya sudah tidak ada uang.
Dia termanggu-manggu berdiri di dalam kegelapan malam, dalam hatinya bergelora, memikirkan seorang anak remaja yang berhati baik walaupun dia dendam karena merasa dipersalahkan, seorang anak yang hidup dalam keadaan sulit tetapi jiwanya tidak miskin.
Selama ini dia beranggapan bahwa uang bisa menggerakkan hati manusia, ternyata tidak demikian, yang benar-benar bisa menggerakkan hati manusia itu adalah kehangatan dan hati yang menghargai seseorang yang diekspresikan melalui sikap, tutur kata dan senyuman.
Berapa banyak orang yang dengan ketulusan hati telah datang untuk menolong, tetapi berapa banyak hati yang telah kita lukai dengan pandangan mata yang penuh keraguan, dugaan dan curiga, yang akhirnya berubah menjadi apatis serta tidak punya rasa simpati.
Sebenarnya, kasih itu adalah pengorbanan yang tanpa mengharapkan imbalan, terhadap setiap tindakan kebaikan yang sekecil apapun kita harus bersyukur. Setiap niat kebaikan patut mendapatkan penghargaan, sama sekali tidak boleh mengandung kecurigaan yang sangat kotor itu.
Tuesday, December 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment