Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany-Pagi hari bertempat di Madrasahnya bertepatan tanggal 16 Rajab 545 H.
Nabi saw, bersabda: “Tertlaknat…terlaknat! Siapa pun yang andalannya adalah makhluk seperti dirinya.”
Betapa banyak manusia yang masuk dalam laknat ini, hanya sedikit
sekali yang berpegang teguh pada Allah Azza wa-Jalla, namun siapa yang berpegang teguh kepada Allah, “Ia benar-benar berpegang pada tali yang kokoh.” (Al-Baqarah 256), Tetapi siapa yang berpegang teguh pada makhluk sesamanya ibarat orang yang menggenggam air, ketika ia membuka tangannya, segalanya sudah tiada.
Celakalah anda. Makhluk menunaikan kebutuhanmu, sehari, dua hari, tiga hari, sebulan atau setahun dan dua tahun. Namun di akhirat, justru semua itu membuatmu gelisah. Seharusnya anda sejak awal bergabung kepada Allah Azza wa-Jalla, memohonkan hajatmu kepadaNya, karena bersamaNya tidak membuatmu sengsara dunia akhirat.
Orang yang manunggal dalam kekuatan tauhidnya, pasti tidak ada yang tersisa, termasuk ayah, ibu, harta, kawan, musuh, harta, tahta dan tidak berkecenderungan pada satu pun secara total kecuali hanya kepada Allah azza wa-Jalla, pintu dan anugerahNya.
Hai orang yang berpegang teguh pada uang, dirham, dan dalam waktu dekat akan sirna darimu, sebagai siksaan padamu sebagaimana engkau menghabiskannya. Uang dan dirhammu telah menjadi berhala bagimu, karena anda merasa tertolong oleh keduanya, dibanding ditolong oleh Allah Azza wa-Jalla.
Hai orang bodoh, belajarlah dan carilah ilmu demi menghadap Allah Azza wa-Jalla, dan amalkan bersama Allah Azza wa-Jalla, karena Dialah yang mendidikmu. Ilmu itu kehidupan, dan kebodohan itu kematian. Orang yang benar, dalam mencari ilmu, setelah meraih pengetahuan secara umum, ia mencari pengetahuan secara khusus, yaitu ilmu qalbu dan rahasia qalbu. Jika telah berkenan dan mandiri di sini ia akan menjadi sultan agama Allah Azza wa-Jalla, di mana ia memerintah dan melarang, memberi dan mencegah atas izin Sang Raja Diraja Azza wa-Jalla, dan pada saat yang sama ia telah menjadi raja bagi makhluk atas perintah Allah Azza wa-Jalla. Ia memerintah karena perintahNya dan ia melarang karena laranganNya, memberi karena perintahNya pula. Ia memerintah bersama rakyat dan berpengetahuan bersama Allah Azza wa-Jalla. Aturan hukum itu merupakan pintu-pintu di atas pintu. Sedangkan ilmu itu merupakan isi dalam rumah. Aturan itu bersifat umum, sedangkan ilmu bersifat khusus. Orang airf berdiri di Pintu Allah Azza wa-Jalla, disanalah ia akan meraih ma’rifat dari Allah Azza wa-Jalla, serta pengetahuan yang belum pernah ia dapati sebelumnya. Ia diperintahkan meberi, lalu memberi, diperintahkan menyimpan lalu menyimpan. Ia makan atau lapar karena perintahNya. Bahkan untuk menerima atau menolak orang perorang, juga karena perintahNya, mendapatkan sesuatu atau menolak sesuatu juga atas perintahNya. Ia menolong orang yang ditolong oleh Allah Azza wa-Jalla, dan menghina orang yang dihina Allah Azza wa-Jalla.
Kaum Sufi datang kepadamu demi manfaat bagimu, bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bagi mereka tidak butuh kalian atau siapa pun dari makhluk ini. Dalam temali yang menghubungkan makhluk, ia menyulamnya, dan bagi bangunan mereka ia malah mengokohkannya, dan pada merekalah ia melimpahkan rasa sayangnya. Kaum sufi semacam inilah yang menjadi pejuang Allah Azza wa-Jalla dunia akhirat. Amboi, mereka mengambil sesuatu darimu, demi untukmu, bukan demi mereka, karena mereka tidak butuh sesuatu darimu. Kesibukan mereka hanyalah memberi nasehat, jiwanya abadi bersamaNya, karena apa pun yang datang dari Allah Azza wa-Jalla senantiasa abadi, sedangkan yang bukan dariNya tidak sama sekali.
Berbaktilah pada pengetahuan, Ulama’ yang mengamalkan ilmunya dan bersabarlah di situ. Bila anda sabar atas bakti pada pengetahuan, maka anda pun harus berbakti pada Ulamanya yang sholeh, dan bersabarlah dalam berkhidmah, karena mereka juga bersabar atas pengabdianmu. Maka anda pun akan meraih pemahaman qalbu dan cahaya batin.
Hai kaumku, serahkanlah perkaramu kepada Al-Haq Azza wa-Jalla karena Dialah Yang Maha Tahu apa yang ada padamu dibanding dirimu. Tunggulah jalan keluarnya, karena setiap saat ada jalan keluar. Berbaktilah kepada Allah Azza wa-Jalla dan berusahalah agar dibukakan pintuNya, lalu tutuplah pintu-pintu makhluk (dari hatimu), maka Allah benar-benar akan membukakan keajaiban di luar dugaanmu.
Hati-hati! Sesungguhnya apabila Allah Azza wa-Jalla ingin memberikan manfaat bagimu atas apa yang ada di tangan makhluk, maka Allah memberi manfaat padamu, namun bila Allah Azza wa-Jalla memberikan bencana pada tangan mereka, maka Allah Azza wa-Jalla akan menundukkan, melunakkan menegaskan hati mereka. Dialah Yang Menghidupkan dan Mematikan, Yang Memberi pakaian dan Yang Menelanjangi, Yang memberikan kebaikan dan yang menggentarkan, Dialah Yang Maha Awal dan Maha Akhir Yang Maha Dzohir dan Maha Batin. Semua itu Dia, bukan lainNya.
Yakini semua itu dengan hatimu, dan pergaulilah makhluk itu dengan fisikmu. Itulah kesibukan kaum shalihin yang bertaqwa, yang taqwaannya kepada Allah Azza wa-Jalla dalam seluruh perilakunya, di mana makhluk bergegas menuju mereka, karena mereka bicara menurut kadar akal mereka, dengan qalbu mereka, dengan akhlaq terbaik, dengan akhlaq Qur’an dan Sunnah. Mereka memerintahkan apa yang terkandung di dalamnya. Jika manusia menerima, maka mereka bersyukur, namun jika makhluk itu menolak, maka tak ada sisa kebenaran dan kecintaan antara mereka dan manusia. Mereka bersikap tegas pada makhluk dalam soal perintah dan larangan Allah Azza wa-Jalla. Maka jadikanlah hatimu masjid, jangan ada di dalamnya selain Allah Azza wa-Jalla sebagaimana firmanNya:
“Sesungguhnya masjid-masjid itu hanya bagi Allah, jangan memanggil seorang pun selain Allah.” (Al-Jin 18)
Bila derajat hamba seperti itu naik, dari derajat Islam, menuju derajat Iman, lalu menuju derajat Iqon, dan dari Iqon menuju Ma’rfat, dari Ma’rifat menuju IlmuNya, dan dari IlmuNya menuju Cinta, dari Cinta menuju Kecintaannya, dan dari pencarian menuju Yang Dicari, maka pada saat itulah ketika ia alpa , ia tidak ditinggalkanNya dan ketika ia lupa, Dia mengingatnya, ketika ia tidur Dia membangunkannya, ketika ia lupa, Dia menyadarkannya, ketika ia menjalankan tugas Dia menerimanya, ketika ia diam, Dia menggerakkan bicaranya. Maka ia selalu bangun dan sadar dengan penuh kebeningan. Karena wadah qalbunya telah jernih, di mana lahiriyahnya menunjukkan batinnya. Ia diberi warisan kesadaran dari Nabi saw. Dimana tidur matanya namun tidak tidur qalbunya. Dan beliau tahu orang yang diwarisinya sebagaimana tahu orang yang ada di depannya. Setiap orang mendapatkan kesadaran sesuai dengan kadar kondisi batinnya. Hanya saja tak seorang pun menyamai kesadaran Nabi saw, dan tak seorang pun menandingi keistemewaannya.
Namun para Abdal dan Auliya’ dari kalangan ummatnya mendapatkan sisa makanan dan minuman jiwanya, karena mereka mendapatkan setetes dari lautan maqomnya dan sedikit dari gunung kemuliaannya, karena para wali dan abdal itu ada dibelakangnya, yang senantiasa memegang teguh agamaNya, senantiasa meraih pertolongan Allah Azza wa-Jalla, yang senantiasa menunjukkan ilmu agama dan syariat. Atas merekalah salah dan kehormatan dari Allah Azza wa-Jalla , dan para pewarisnya hingga hari qiamat.
Orang beriman itu hanya sekejap di dunia, lalu ia berharap dunia dan mencarinya, hingga memenuhi hatinya. Manakala sudah memilikinya ia menceraikan dunia lalu mencari akhirat sampai menemukannya dan memenuhi hatinya. Namun ia mulai takut atas batasan dan hisabnya dari Tuhannya Azza wa-Jalla, lalu ia menceraikan akhirat dan memelatakkan di sebelah dunia, lalu dijalankan kewajibannya, hingga ia sampai di Pintu Allah Azza wa-Jalla, maka disanalah ia berkemah, mengukuti agama Ibrahin as yang zuhud dalam bintang, lalu kemudian menuju bulan, kemudian matahari, kemudian berkata:
“Ibarhim berkata, “Aku tidak suka pada yang sirna (Al-An’aam: 71) “Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dzat Yang mencipta langit dan bumi dengan oenuh kepatuhan dan aku tidak tergolong orang yang musyrik.” (Al-An’aam: 79)
Ketika Nabi Ibrahim as, berada dalam ketidak sukaannya, dan Allah Azza wa-Jalla mengetahuinya dalam pencariannya, Allah membukakan pintu dan mengizinkan hatinya masuk kepadaNya, maka Nabi Ibrahim as, memberikan khabar tentang kondisinya bersama dunia dan akhirat, sedangkan Allah Maha Tahu dibanding dirinya, lalu ia mengisahkan kisahnya, maka Nabi Ibrahim as mendekatiNya, berbahagia bersamaNya dan diberi pakaian ridhoNya, dipenuhi hikmah dan ilmuNya, diminta untuk menceriakan dunia dan akhirat, lalu Allah memperbaharui perjanjian pada dunia dan akhirat padanya, ditulis antara ia dan keduanya suatu aturan, memberikan syarat pada keduanya agar meninggalkan derita, dan menjadikan keduanya berbakti kepada Ibrahim as, memenuhi bagian-bagiannya diberikan cinta keduanya pada Ibrahim as, lalu segala perkara berbalik kepadanya. Maka saat itulah ia dapatkan maqom di sisi Tuhannya Azza wa-Jalla dansegala hal selain Allah Azza wa-Jalla sirna.
Saat itulah Nabi Ibrahim as, menjadi hamba yang merdeka, hamba Allah Azza wa-Jalla, merdeka secara mutlak dari segala hal selainNya, baik di langit maupun di bumi. Ibarhim as, tidak dikusasi oleh apa pun, namun apa pun dikuasainya. Jadilah ia raja segalanya, yang tidak dimiliki kecuali oleh sang raja. Pintu terbuka di hadapannya dengan izin mutlak, lalu tak ada pintu, dan tirai hijab.
Anak-anak sekalian, jadilah anda seorang pemuda kaum sufi. Karena dunia dan akhirat berbakti kepada mereka, kapapun mereka mau, mereka dapat meraihnya atas izin Allah Azza wa-Jalla. Mereka memberikan gambaran dunia sebagai makna di akhirat. Ya Allah berikanlah pada kami dan mereka pengetahuan dunia dan akhirat.
Tuesday, December 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment