Tuesday, December 22, 2009

Rahasia Berumah Tangga yang Berkah dan Bahagia

Audzubillahiminasyaitonnir
rojim...
Bismillahirrahmanirrahim...
Allahuma shali ala sayidina muhammad wa ala aliy wa shahbihi wa salim....

Membangun sebuah keharmonisan dalam rumah tangga bukanlah hal yang mudah, karena pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang berasal dari latar belakang yang berbeda, baik itu kultur sosial, budaya, ekonomi serta lingkungan keluarga.

Ada kultur keluarga Betawi, Sunda, Jawa, Padang, dan lainnya. Karenanya, seringkali terdengar meskipun pernikahan sudah dijalani selama bertahun-tahun, masih saja terkendala dengan hambatan dalam membangun kehamonisan rumah tangga.

Memang, banyak penyebab yang menjadi pemicu pertengkaran dengan pasangan (suami-istri), mulai dari masalah keuangan, kebiasaan hidup serta masalah komunikasi suami-istri yang sering menemui jalan buntu.

Kebuntuan komunikasi dari suami-istri memang sering menjadi penyebab sulitnya pasangan untuk dapat saling mengenali dan memahami satu sama lainnya. Meskipun setiap individu memiliki perbedaan, namun sebenarnya tetap bisa diselaraskan dengan baik sepanjang ada kemauan untuk melakukan keterbukaan antara suami-istri.

Untuk memecahkan kebuntuan komunikasi dengan pasangan (suami-isteri), sebaiknya suami-istri berusaha untuk berlatih mengungkapkan segala perasaan, keinginan, dan ketidaknyamanan pada pasangan.

Bila masih ragu, takut, nggak enakan, maka cobalah untuk menulis surat dulu sebagai surat cinta. Namun, pasangan (suami-istri) juga perlu berlatih untuk dapat menjadi pendengar yang baik dan tetap diam, penuh perhatian dan hindari berbantahan ketika saling mengungkapkan perasaan masing-masing.

Namun yang perlu diperhatikan saat ingin membuka komunikasi dengan pasangan (suami-isteri), lakukan saat kondisi yang tepat. Misalnya, ketika sedang mesra atau akur dengan pasangan. Dan coba hindari membuka komunikasi saat kondisi tengah lelah, lapar, mengantuk atau ketika sedang sedih dan gundah gulana.

Bila pola komunikasi pasangan sudah terbangun dengan baik, maka akan lebih mudah bagi masing-masing pasangan untuk dapat saling memahami. Seharusnya, setelah menikah tidak ada lagi, pasangan (suami-istri) yang saling menonjolkan “ego” nya masing-masing.

Karena setelah berumah tangga, hubungan suami isteri bukanlah hubungan antara “aku” dan “kamu” lagi, akan tetapi hubungan kami. Karenanya, dalam memutuskan apapun dari pasangan kita menjadi sangat penting, karena suami-isteri adalah satu kesatuan yang utuh.

Jadikan pasangan kita sebagai partner sekaligus sahabat yang hubungannya berlandaskan rasa cinta dan kasih sayang. Rasa cinta itu sendiri harus senantiasa dipelihara dan dipupuk agar tumbuh, berkembang dan kokoh saat beragam masalah kehidupan datang menerpa.

Lihat, ingat dan cari sebanyak mungkin kebaikan-kebaikan pasangan kita. Lalu cari, ingat dan sadari juga kekurangan-kekurangan diri sendiri. Mungkin terdengar klise dan sepele.

Setiap hati adalah milik Allah, maka untuk mengetuk hati dekatilah Sang pemilik hati. Mintalah pada Allah dengan memperbanyak ibadah dan doa agar hati ini selalu berpadu dalam cinta kepada-Nya

Rahasia dalam Rumah Tangga

Hidup berumah-tangga memang membutuhkan keterbukaan dan komunikasi. Namun, terkadang keterbukaan dan komunikasi bukan tanpa risiko. Maksud hati ingin jujur, apa daya justru yang terjadi malah melapetaka.

Pasalnya, tidak setiap orang (suami-istri) memiliki ketabahan yang sama untuk menerima sebuah kejujuran. Contoh soal, apakah rahasia suami atau istri atau anggota keluarga lainnya harus disimpan sepanjang umur?

Setiap orang pastinya punya rahasia dan rahasian itu disimpannya dengan sangat baik. Tapi justru inilah persoalannya, tak semua orang bisa menyimpan rahasia, terutama itu menyangkut rahasia seseorang.

Memiliki rahasia itu sangat manusiawi. Dan ia adalah bagian dari hal penting yang tak terkadang tidak boleh diketahui orang lain karena menyangkut citra pribadi, atau sesuatu yang sangat vital, bisa juga dalam rangka keamanan orang banyak.

Namun rahasia akan menjadi persoalan, ketika ia dihadapkan kepada nilai cinta atau kepercayaan dari pasangannya. Perlukah rahasia ketika pasangan suami-istri saling cinta? Apakah suami istri masih penting berahasia-rahasiaan?

Apakah gunanya rahasia ketika kepercayaan begitu kuat antara satu orang dengan yang lain? Ada yang beranggapan bahwa alangkah ringannya melangsungkan hidup tanpa beban rahasia.

Idealnya memang seperti itu. Namun, hidup seringkali terlalu rumit untuk dipikirkan, dan bagian kecil dari runtutan masa lalu sedikitnya menoreh aib kecil atau memalukan yang rasanya tak pantas diketahui orang lain, yang baiknya disimpan saja dalam lubuk hati paling dalam.

Hanya, tetap saja timbul persoalan yang mengganjal, seberapa perlukah rahasia disimpan ketika dalam perjalanan hidup selanjutnya itu sangat menyiksa, seperti timbulnya perasaan berdosa misalnya kepada istri atau suami?

Atau, seberapa pentingkah suatu rahasia diungkapkan kepada pasangan dengan menanggung implikasi dari pengungkapan rahasia tersebut?

Seorang suami punya masa lalu, begitupun dengan seorang istri. Biasanya riwayat masa lalu telah terungkap ketika masa pacaran dulu ataupun tanpa melalui pacaran. Namun tak jarang masing-masing pasangan tak tuntas mengisahkan riwayat itu. Ada yang masih tetap dirahasiakan bagian yang lainnya.

Rahasia pasangan memang bisa diungkapkan, akan tetapi dalam beberapa hal sebaiknya ia disimpan dalam hati tanpa diinformasikan kepada pasangan. Tiap anggota keluarga sah dan sangat manusiawi memiliki rahasia.

Kata Kahlil Gibran, "bahkan tiang-tiang rumah tangga yang menyangga bangunan pun didirikan tidak beratapan". Artinya, meski berada dalam satu cinta dan kepercayaan, namun selalu tetap saja ada jarak, agar "bangunan rumah tangga" itu tetap berdiri kokoh dan orang-orang di dalamnya tetap harmonis menjalani kehidupan rumah tangganya.

Rumahtanggaku Adalah Surgaku
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, terkadang kita terasa bahagia namun juga terkadang begitu membosankan. Seperti air laut, ada saatnya pasang dan ada saatnya surut. Ada masa tenangnya dan ada masa gelisah diterjang ombak yang kuat menghempas.

Bagaimana pun agungnya sebuah cinta yang dibina dan eratnya kasih sayang yang dijalin serta dipupuk, seperti juga hubungan di antara lidah dan gigi dalam mencerna makanan, walau rapat sekalipun namun sesekali tergigit juga.

Pertengkaran kecil atau ada rasa tidak puas hati di antara suami isteri memang perkara yang mudah terjadi. Namun, jika dibiarkan berlarut dan tidak dibendung segera, maka pertikaian kecil akan jadi besar dan akhirnya mengakibatkan kehancuran pada mahligai rumahtangga kita.

Seperti ombak kecil tadi, ia hanya akan mengakibatkan kapal terombang-ambing saja. Namun jika ombak sudah besar, bisa saja kapal akan ditelannya dan mahligai rumahtangga akan hancur.

Pertikaian atau rasa tidak puas hati jangan dibiarkan berlarut-larut. Tapi sebaliknya, hendaklah segera dibendung dan diperbaiki oleh kedua belah pihak, agar jangan sampai penyakit yang sudah parah baru dicarikan obatnya.

Masalah awal yang perlu dilakukan oleh kedua belah pihak adalah dengan mengkoreksi diri sendiri (bermuhasabah). Jangan ego diri di tonjolkan dan kenapa masalah itu terjadi? Renungilah dan kajilah, mungkin saja salah seorang atau keduanya punya salah

Sebagai contoh, saat sang suami pulang ke rumah untuk bertemu dengan isteri dan anaknya. Tentulah pulang dalam keadaan letih dan lesu setelah seharian mencari nafkah atau berdakwah di tengah masyarakat. Tanpa diduga atau disadari tiba-tiba rasa hendak marah pada isteri yang mungkin tidak sempat berhias atau melihat anak-anak yang tidak terurus.

Lalu, saat sang isteri melihat suami yang pulang ke rumah dalam keadaan marah-marah, ia merasa seolah-olah suaminya sudah tidak menyukai dan menyayanginya lagi. Maka akan timbul rasa hambar dan dinginnya rumahtangga yang telah dibina sekian tahun.

Dan sang isteri, jika merasa dirinya tidak dihargai lagi, mulailah ia memendam rasa (namun tidak semuanya seperti ini). Masalah yang kecil itu dirasakan cukup berat terlebih lagi bila berhadapan dengan kenakalan anak-anak dan pekerjaan rumah yang tidak pernah selesai. Pikirannya akan bertambah terhimpit dan jiwanya makin menderita.

Lantaran terlalu lama memendam rasa sakit hatinya, akhirnya pecah juga segala isi hati yang dipendam selama ini. Bagi seorang isteri yang lemah lembut mungkin dilepaskan geramnya dengan kata-kata.

Namun jika seorang istri terlihat keras hatinya, maka akan lebih dahsyat lagi kemarahan pada suaminya dengan kata-kata yang pedas dan kasar. Yang penting hatinya puas dan puas.

Dan bagi suami yang tidak mau masalah itu berkepanjangan, mungkin saja mengambil sikap untuk segera mengalah. Tapi sebenarnya hatinya sungguh terluka dibuat begitu. Begitu pula sebaliknya.

Kenapa harus tersinggung pada suami atau istri, walaupun mungkin benar jika suami atau istri yang bersalah? Setiap suami atau isteri harus memahami bahwa setiap apa yang berlaku semuanya dalam perancanaan dan kuasa Allah SWT walaupun perkara itu suka atau tidak kita suka.

Mungkin dosa yang dilakukan secara sadar atau tidak itulah yang menyebabkan sengketa rumahtangga itu terjadi. Allah hukum melalui tindakan suami yang menyinggung hati sang istri atau sebaliknya.

Allah datangkan masalah itu, sebenarnya sebagai penghapusan dosa yang telah kita lakukan. Hukuman dari Allah ini adalah sebagai tanda kasih sayang dari-Nya supaya di akhirat kelak kita tidak akan dihukum lagi.

Untuk itu, kita selalu bertaubat dan introspeksi diri kita dari terjebak dengan dosa. Rasulullah saw seorang yang maksum lahir dan batin, terpelihara dari dosa, namun selalu senantiasa bertaubat sehari semalam 100 kali. Apalagi kita yang tidak dijamin masuk surga, harus lebih dari itu

Seandainya kita telah bersalah, maka segeralah mencari jalan dengan meminta maaf kepada suami atau istri dan memberi maaf pada suami atau istri akan hal itu. Lebih-lebih lagi orang yang banyak jasa pada kita, kenapa harus kita menyusahkannya? Carilah jalan agar suami atau istri kembali ridha pada kita dengan berbuat apa saja yang disukai dan dicintainya.

Saat itulah pertikaian kecil dalam rumahtangga akan selalu membawa kita kepada kemesraan hubungan suami isteri yang lebih tinggi. Setelah diuji, Allah datangkan pula nikmat dalam rumahtangga. Setelah ujian berlalu akan datanglah bahagia. Setelah puas menangis karena menanggung luka di hati, akan datang pula kasih sayang, perhatian dan dari suami.

Rumahtangga akan kembali tenang dan bahagia. Dan ketika itu jadilah rumahtangga sebagaimana yang dikehendaki oleh Rasulullah saw yaitu “Rumahtanggaku adalah Surgaku”….Rumahku Surgaku... Wallahu’alam

No comments:

Post a Comment