skip to main |
skip to sidebar
Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat
Rasulullah bersabda shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Di antara baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.” (HR. At-Tirmidziy no.2318, Malik, Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Al-Misykaah 4839)
Meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat yakni menjauhkan diri dari berbagai kesibukan atau kegiatan yang yang tidak penting, yaitu yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Menjauhkan diri dari hal yang tak bermanfaat akan menciptakan ketenangan baginya, karena ia tidak terbebani oleh berbagai perkara yang tak penting.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Qurrah bin ‘Abdurrahman dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan beliau menshahihkan jalan-jalannya kemudian beliau berkata tentang hadits ini: “Ini adalah kalimat yang padat isinya, luas dan agung maknanya yang tersusun dalam lafazh yang singkat.”
Hadits ini secara jelas mengkaitkan antara tanda kesempurnaan Islamnya seorang hamba dengan perbuatan meninggalkan apa-apa yang bukan menjadi tujuan hidupnya.
“Meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat” juga berarti menjaga lisan dari ucapan yang sia-sia, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf:18)
Ketahuilah, orang-orang yang berusaha memperbagus keislamannya akan meraih ganjaran pahala berlipat-lipat. Abu Hurairah berkata: “Apabila salah seorang di antara kalian membaguskan keislamannya, maka setiap kebaikan yang ia lakukan akan ditulis sepuluh kali lipat yang semisalnya sampai tujuh ratus kali lipat, sedangkan setiap kejelekan akan ditulis dengan yang semisalnya sampai ia bertemu Allah ‘azza wa jalla.” (Mukhtashar Muslim hal.23)
Beberapa Faidah Yang Terkandung Dalam Hadits Ini:
1. Selayaknya seorang muslim meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat, baik dalam urusan agamanya maupun dunianya, karena sesungguhnya hal itu menjaga waktunya lebih efektif, dan lebih menyelamatkan agamanya. Seandainya dia mencampuri urusan-urusan manusia yang tidak ada kepentingannya dan tidak bermanfaat baginya niscaya benar-benar dia akan lelah karena ia telah menentang fitrahnya dan tujuan diciptakannya seorang hamba. Akan tetapi jika dia berpaling darinya dan tidak sibuk kecuali untuk perkara yang bermanfaat, niscaya hal ini akan membuatnya tenteram dan tenang.
2. Seorang hamba hendaknya memilih dan menyaring perkara-perkara yang ada dalam hidupnya dan hanya menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang baik nilainya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Apabila seorang hamba menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat maka ia akan terbebani dengan berbagai masalah baru dan menimbulkan perselisihan dan permusuhan di antara manusia.
Nasehat Dalam Mengamalkan Hadits Ini
1. Kuatkanlah tekad dan usaha yang keras untuk menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti ngobrol kesana kemari tanpa ada manfaat yang jelas, suka mencampuri urusan orang lain kecuali kalau dia meminta kita untuk membantunya, membicarakan aib orang lain, ngrumpi dan lain sebagainya dari perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan dilarang oleh agama.
2. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat seperti: membaca Al-Qur`an dan menghafalkannya, mempelajari hadits Nabi dan menghafalkannya semampu kita, membicarakan permasalahan ilmu agama yang akan menambah ilmu kita, membicarakan dakwah dan menyebarkannya di tengah ummat, mengajak orang lain untuk menghadiri majelis ilmu yang disampaikan oleh ahlus sunnah, mendengarkan ceramah-ceramahnya lewat kaset, mendengarkan murottal Qur’an dan sebagainya dari amalan-amalan yang dituntunkan oleh syari’at. Kalaulah kita mau sibuk dengan hal-hal yang bermanfaat tadi niscaya kita tidak akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
3. Memahami (menuntut ilmu/mengaji tentang) betapa besarnya nilai waktu di sisi Allah, dan betapa terbatasnya waktu kita di dunia ini dibanding masa-masa panjang kemenangan akhirat yang harus kita raih. Ingatlah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS, Al Ashr 103:1-3)
Alangkah ruginya seorang hamba yang masa hidupnya lebih banyak digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang tak bermanfaat, apalagi bila ia terjerumus dalam perkara-perkara yang sangat dilarang oleh agama.
4. Hendaknya senantiasa berdoa, memohon pertolongan kepada Allah agar kita bisa menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Kita meminta kepada Allah Ta’ala agar memberikan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita mampu melaksanakan apa-apa yang Allah cintai dan ridhai.
Wallaahu Ta’aalaa A’lam.
No comments:
Post a Comment