skip to main |
skip to sidebar
Betapa Tingginya Allah Menilai Sebuah Waktu
Waktu adalah usia kehidupan kita dan tempat kita berada, bernaung, mengambil dan memberi manfaat. Betapa tingginya nilai sebuah waktu sampai Allah bersumpah demi waktu dalam berbagai firman-Nya.
Waktu adalah nikmat yang cukup mendasar dan mahal, namun kebanyakan dari kita melalaikannya.
Allah berfirman:
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan sebagai rizki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan pula sungai-sungai.
Dan Dia menundukkan (pula) matahari dan bulan yang terus beredar, dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan ingkar (akan nikmat Allah).” (QS Ibrahim: 32-34).
Saudaraku. Nikmat malam dan siang adalah bagian dari waktu yang sedang kita perbincangkan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan Dia telah menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan untukmu dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).” (QS. An-Nahl :12).
Pada ayat yang mulia ini Allah mengisyaratkan, bahwa nikmat tesebut mempunyai arti yang besar bagi orang-orang yang berakal dan mau mengambil pelajaran.
Allah bangga sebagai pemilik waktu dan tempat serta apa yang di dalamnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am :13).
Demikianlah saudaraku betapa besarnya nikmat waktu yang Allah berikan pada kita. Sehingga dalam salah satu firman-Nya Allah subhanahu wa ta’ala mengecam perilaku orang-orang kafir yang menyia-nyiakan umur, berlomba-lomba dalam kekafiran, dan tidak mau berhenti dari kekafirannya, padahal mereka mempunyai banyak kesempatan dan Allah telah memberi mereka waktu yang luang dan umur yang panjang.
Allah subhanahu wa ta’ala berfiman:
“Dan bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang panjang yang mana cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah azab kami dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS Al-Fathir:37).
Ibnu Katsir rahimahullah dalam menafsirkan ayat di atas berkata: “Bukankah anda telah hidup di dunia dengan umur yang panjang? Kalau saja anda mencari kebenaran niscaya anda akan dapatkan kebenaran itu semasa anda hidup.”
Alangkah indahnya perkataan Imam Qatadah: “Ketahuilah bahwa umur panjang itu akan menjadi saksi, maka berlindunglah kepada Allah agar umur anda yang panjang itu tidak menyebabkan anda tercela.”
Begitulah Allah memberikan umur panjang agar kita berfikir dan penuh perhatian, di samping sebagai kesempatan untuk beriman dan beramal shaleh.
Selain ayat yang kusebutkan di atas banyak lagi ayat-ayat lain yang mengingatkan kita akan besarnya arti waktu. Coba engkau buka Al-Qur’an, niscaya kita dapatkan betapa banyak Allah bersumpah dengan waktu dan bagian-bagiannya.
Allah bersumpah dengan indahnya tentang waktu, malam, siang, fajar, dhuhur, ashar, antara lain dalam firmanNya:
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang-benderang.” (QS. Al-Lail 1-2).
“Demi malam ketika telah berlalu dan subuh apabila mulai terang.” (QS. Al-Muddatsir: 33-34).
“Demi malam apabila meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajar menyingsing.” (QS. At-Takwir 17-18).
“Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja.” (QS. Al-Insyiqaaq:16-17).
“Demi fajar dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr:1-2).
“Demi waktu matahari naik sepenggalahan, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. Adh-Dhuha: 1-2).
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.” (QS. Al-Ashr: 1-2).
Coba kau perhatikan sumpah Allah dalam ayat-ayat di atas, maka akan kau dapatkan bahwa sumpah-sumpah tersebut berada dalam posisi yang serius.
Saudaraku. Demikianlah Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan waktu karena dalam waktu terdapat beberapa keajaiban, terdapat kesenangan dan kesusahan, kesehatan dan rasa sakit, serta kekayaan dan kemiskinan. Juga karena berharganya usia ini tak bisa dinilai dengan apapun.
Saudaraku. Jika kita menyia-nyiakan waktu ribuan tahun untuk sesuatu yang tak ada artinya, kemudian bertaubat, niscaya kau akan masuk surga untuk selama-lamanya. Dengan demikian waktu yang sangat bernilai dalam hidup anda adalah pada detik-detik terakhir tadi. Oleh karena itu Allah subhanahu wa ta’ala bersumpah dengan waktu untuk mengingatkan bahwa pergantian siang dan malam banyak disia-siakan orang.
Adapun keterangan dari As-Sunnah tentang nilai waktu tampak lebih jelas dan gamblang. Diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan yang banyak dilalaikan orang adalah kesehatan dan kesempatan.”
Saudaraku. Waktu adalah nikmat yang agung dan pemberian yang besar, hanya saja ini tidak disadari dan dimanfaatkan, kecuali oleh orang-orang yang mendapatkan taufiq dari Allah. Sebagaimana yang tersirat oleh hadits di atas, waktu banyak dilalaikan orang, yang berarti sedikit sekali orang yang tidak lalai.
Cobalah kau renungkan wahai saudaraku. Setiap desah nafasmu adalah waktumu yang kau bawa sekehendak hatimu. Apakah kau bawa waktumu dalam manisnya ketaatan pada-Nya. Atau kau giring kepada jurang kenistaan dan kemaksiatan pada-Nya, tanyalah dirimu?.
Saudaraku. Menyia-nyiakan waktu itu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu dapat memutus kita dari Allah, sedangkan kematian memutus dunia dan penghuninya. Namun yang jelas kita sekarang ini berada dalam perjalanan menuju keharibaan-Nya dan kita tidak tahu muara dari perjalanan kita ini, Dialah yang mengetahui akhir dari perjalanan hidup kita.
Oleh karena itu… Wahai saudaraku, pergunakanlah nikmat waktu yang Allah karuniakan pada kita ini untuk memperkuat kesehatan akidah kita dan memperbanyak bekal amal agar diri kita cukup kuat untuk selamat menempuh perjalanan maha panjang menuju kampung akhirat.
Sungguh sering penyesalan itu datang pada bagian akhir. Itupun kalau masih cukup waktumu untuk menyesal…
No comments:
Post a Comment