Monday, June 29, 2009

Ma'rifatullah

Segala puji bagi Allah Yang Maha Menciptakan keindahan, Yang Maha Memberikan kelembutan, dan Yang Maha Mengajarkan kasih sayang. Shollawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam yang hidupnya penuh dengan kasih sayang, kata-katanya penuh dengan kelembutan, dan perbuatannya penuh dengan keindahan.
Sahabat -ku yang budiman,
Senang rasanya saat melihat seseorang yang dapat beribadah dengan khusyu, gerakannya tu’maninah, bacaannya lirih penuh harap, pakaiannya sopan, pantas, layak, dan wewangian yang ditebarkannya lembut dan penuh kesederhanaan, gerakannya teratur sekali. Selesai ibadah shollatnya, dengan khidmatnya ia berdzikir dan berdoa, tidak tampak gelagatnya yang dipaksakan sehingga menjadi pusat perhatian. Turun naik nafasnya sangat teratur, hingga tidak tampak seperti terengah-engah.
Selesai ia beribadah, ia melihat ke kanan dan kiri dengan senyumnya yang lembut, menyapa siapapun disebelahnya dengan salam dan saat tangan bertautan lirih terdengar ia mengucap shollawat, dan saat itupula matanya sekilas berkaca-kaca, dan tubuhnya semakin merendah.
Secara lahiriah matanya memandang lepas ke seluruh penjuru, guratan wajahnya menebar kelembutan dan keramah tamahan. Dan bibirnya secara halus hampir tak terlihat, diyakini ia tidak lepas dari melafadzkan dzikir. Ba'da shollat fardhu kembali saya memperhatikannya, ia berjalan keluar dengan perlahan, hampir tak terperhatikan oleh siapapun, dengan sabar ia berkhidmat untuk tidak berdesakan saat menuruni tangga dan mengambil alas kakinya, tenang sekali. Dan yang luar biasa bibirnya tiada henti bergerak halus melafadzkan dzikir….

Sahabatku yang budiman, sebaliknya hati kita sangat gelisah, saat seseorang (maaf) dengan wajah yang dikeraskan, mata yang dibesarkan, sudut bibir yang tak bersahabat, dengan yakin berpendapat bahwa sahabat si fulan yang beribadah tadi belum kenal dengan Allah, sehingga ia memang harus beribadah seperti itu. Baginya ia telah mempelajari ilmu kesufian dan berjumpa dengan Allah, sehingga ia tidak perlu shollat, tidak perlu menambah ilmu, tidak perlu dzikir, dll, baginya ma’rifatullah dapat diraih tanpa harus beribadah sebagaimana syari’at. Seolah-olah para Guru Sufi besar yang menjadi panutan berbagai tarekat itu tidak mementingkan syariat, khususnya ibadah shollat.

Dilain tempat, tidak sedikit saudara kita seagama yang berpandangan bahwa urusan ibadah kepada Allah adalah hubungan yang bersifat pribadi tanpa perlu melakukan ritual-ritual syariat. Dalam saya merenung mentafakuri fenomena tersebut. Tanpa terasa Allah membimbing dan menuntun ingatan memori saya tentang sebuah kitab yang berisikan, bahwa sesungguhnya ibadah shollat adalah puncak mujahaddah dari kaum sufi dan arif’, dan dalam sebuah hadist dikatakan bahwa “Shollat adalah mi’rajnya orang-orang yang beriman.”

Sedemikian pentingnya shollat hingga Allah ta’alla menyebutkannya dalam Al-Qur’an, hingga 234 ayat, demikian pula Rasulullah SAW.” Tak ada pembeda antara orang mukmin dan orang kafir kecuali shollat.” Dilain kesempatan disabdakan bahwa “Shollat adalah pilar agama.”

Di dalam Al-Quran Shollat memiliki Banyak Fungsi dan sifat diantaranya adalah :
  1. Pencegah dari perbuatan buruk (keji & mungkar).
  2. Sumber petunjuk,shg Rasulullah SAW mengatakan bahwa “Shollat adalah sumber cahaya.”
  3. Sarana meminta dan memohon pertolongan Allah ta’alla.
  4. Pelipur Jiwa.
  5. Mendatangkan ketenangan dan mengalirkan secara teratur berbagai kreativitas.
  6. Menghindarkan diri dari berbagai penyakit jiwa/ qalbu sehingga tubuhpun sehat, karena dari berbagai penemuan mutakhir sebenarnya banyak penyakit tubuh ditimbulkan oleh penyakit jiwa dari berbagai tingkat keparahan.
Lama saya merenungkan tentang dalamnya manfaat ibadah shollat, tidak terasa airmata ini menderas akan belum sempurnanya shollat yang sudah dilakukan selama ini. Terlintas dalam hati, “Laa shallaata li man la tanhaahu shalatuhu ‘anil fakhsyaa’I wal munkar,” (Tak melakukan shollat orang-orang yang shollatnya tak menghindarkannya dari kekejian dan kemungkaran).

Sahabat -ku yang budiman mari kita proses diri kita untuk semakin menggantungkan diri hanya kepada Allah dengan ber mi’raj kepada-NYA melalui kesempurnaan sholat. Jauhkan diri dari sumber makanan dan rezeki yang syubhat dan haram, karena saat bermi’raj tentu Allah tak akan berkenan menerima ibadah yang bahan bakarnya tidak halal. Kalau Allah tak berkenan maka Shollat kitapun tak ada faedahnya, sehingga hidup kitapun menjadi tidak berkah, karena kita sadar atau tidak, akan selalu terdorong untuk berbuat keburukan, akibatnya penyakit jiwa dan kegelisahan membuat kita stress dan penyakit tubuhpun bersemi dalam diri…
“Rabbi’j’alnii miqiimash shallati wa min dzuriyyartii. Rabbanaa wa taqabbaldu’aa’ “
(Ya Rabb, jadikanlah aku dan cucuku orang yang tetap melaksanakan Shalat. Ya Rabb, perkenankanlah doaku QS[14] : 40)

Baarakallaahu lakumaa wa baaraka 'alaikum
'May Allah swt shower His blessings upon you' Amin Sum'Aamin!
Wassalamu alaikum wa rahmatullah wabarakatuh

No comments:

Post a Comment